Minggu, 23 Desember 2012

Waste

Sebelumnya aku ucapkan "Selamat Hari Ibu" di tahun 2012 ini :)
Thanks mom for everything, because you're our everything :')
Family 
















Kali ini gue berfikir tentang sebuah rahasia cinta yang gak gue ngerti. Kata orang cinta itu dimana dua orang manusia yang memiliki rasa buat saling memiliki, memberi, berbagi dan menerima satu sama lain.
Benarkah??
Tiba-tiba hatiku lebur, setiap kali melihat kedua orang tuaku saling cela, ketika mereka saling beradu mulut mempertahankan betapa kuatnya argumen masing-masing. Tak bisakah salah satu mengalah?
Hanya persoalan kecil, persoalan yang anak seusia 10 tahun saja tahu harus bagaimana, tapi kenapa kalian tak pernah sadar?
Setelah itu memang berhenti, ya kalian berhenti berdebat, saling diam dan kemudian saling menjauh. Itukah cinta yang kalian ajarkan pada anak-anak kalian? Itukah cara manusia menyelesaikan masalah?
Kemana komitmen kalian yang kalian ikrarkan dulu? Kemana kata maav, kata sayang yang dulu kalian banggakan?? Kemana semua itu?
Hatiku seakan terluka entah kenapa, aku tak mengerti.
Perih. Inikah keluargaku?
Seperti inikah yang kubanggakan selama ini? Inikah yang menjadikan aku kuat?
Kalian, benar-benar mengenaskan.
Kau tahu ketika ayah mulai membicarakan setiap detail keburukan ibu dan begitu juga sebaliknya, kau tahu apa yang kurasa?? Aku menahan amarah, sakit dan sedih dalam diam. Bagaimana rasanya? Seperti menahan puluhan tablet paling pahit sekaligus di dalam pangkal tenggorokan, membiarkannya meleleh dan sebagian tertelan utuh.
Aku pernah bermimpi suatu saat ingin memiliki seorang pendamping yang seperti ayahku, serta menjadi seorang istri seperti ibuku. Mimpi tinggallah mimpi, semua gelap dan aku harus bangun menghadapi nyata.
Akankah aku kuat Tuhan? Ketika semua batu masalah ini harus kubawa dan yang lain hanya bisa terdiam tanpa menyadari bahwa aku sudah lelah.
Kau tahu? Ini seperti buah yang dari luar kulitnya bersih,tak terlihat cacat sedikitpun,namun ketika kulitnya terkelupas dalamnya membusuk, rusak dan dimakan ulat. Aku hanya bisa kecewa, aku hanya terdiam tak berdaya ketika satu persatu ulat ulat bangsat itu mulai menggerogoti utuhnya daging buah yang harusnya berasa manis.
Apakah aku terlalu acuh selama ini hingga tak merasa bahwa buah yang selama ini kulihat tak cacat ternyata perlahan membusuk?
Iyaa, aku terlalu tenggelam dengan duniaku hingga tak menyadari bahwa tiang yang selama ini mendorongku tuk tegak mulai merapuh. Satu persatu membuat jalan jalan sendiri yang pada awalnya adalah komitmen satu jalan tuk masa depan bersama. Aku tak tahu, virus egoistisme yang pelan pelan menjangkit dan tumbuh subur di mindset yang menjadikan keluarga ini pecah dan rapuh.
Bayangkan, jika lima buah tiang diharuskan menopang satu tembok raksasa dan hanya satu yang dengan kuat menyanggupinya sedangkan yang lainnya hanya bertumpu. Akankah satu tiang tersebut kuat menopangnya sendiri? Aku rasa jawabannya tidak. Kamu tahu siapa satu tiang tersebut? Dialah orang yang kusebut Ayah, yang dulunya adaah seseorang yang memiliki hati sekeras batu dan kini tlah melunak entah karena apa. Ayah yang dulu mampu melayangkan gagang sapu ke tubuh kecilku, Ayah yang dulu sanggup mematahkan kemooceng dengan memukulkan ke pahaku, dan Ayah yang sanggup berkata tidak jika aku salah. Kemana semua itu? Tapi perubahan itu bukan malah menjadikan tiang ini kuat, tapi ikut melunak karenanya, entah aku kecewa. Dan seharusnya tiang yang kedua ini, ibuku, menguatkan tiang utama menopang tembok tersebut, tapi yang aku lihat justru sebaliknya, dibalik senyum tawa mereka yang hanya muncul palsu demi buah hatinya ikut tersenyum. Aku tahu Tuhan mereka berusaha mengangkat tembok itutanpa terlihat cacat, tapi apa gunanya bila itu rapuh? Bukankah sama saja? Terkadang aku berfikir untuk lari, menghilang dari mereka, tapi semakin aku berlari bukankah akan semakin terlihat tiang itu lemah?? Satu persatu tanda tanya melayang masuk memenuhi rongga ruang fikirku. Apa yang terjadi dengan KELUARGAku?
Tuhan tahu aku salah, Tuhan harusnya aku kuat, dan Tuhan harusnya aku tahu.
Ayah, kau tahu, kau kubanggakan selama ini, kau kukagumi sampai kapanpun, tapi mengertilah sikapmu akhir akhir ini membuatku semakin tak mengenal dirimu, aku tak tahu kemana ayahku yang dulu tegas, yang dulu keras hati dan ngajari setiap benar salah dalam hidup. Kembalilah ayah, kembalilah menjadi ayah hebatku :)
Ibu, kau segalanya, kasihmu tak terputus bahkan tak terganti, kau harusnya mengerti  bahwa ayah adalah suamimu, dan salah benar ibu nurut sama ayah, selama ayah tak mengajarkan sesat diluar agama. Aku selalu ingin sepertimu ibu, menjadi kuat dan berpura pura kuat, menangis diam nahan sakit sendiri. Tetaplah menjadi super mom ku ({})
Ingatlah kalian, bagaimana cinta mempertemukan kalian, bagaimana perjuangan kalian mempertahankan cinta, dan bagaimana kalian mengikrarkan janji suci bersama menjaga komitmen, bukan egois kek gini. Aku hanya bisa berdoa untuk kalian, karena hanya itu yang bisa kulakukan saat ini.
I Love You Mom, Dad, My Sister and My Brother, always forever :))

Minggu, 02 Desember 2012

Desember

Desembeerr :)
Bulan terakhir dalam satu tahun, akhirnya sampai juga dipenghujung tahun 2012, semoga isu kiamat 2012 itu memang hanya isu belaka. Amiin
Awal Desember, hmm, semoga menjadi awal yang tidak buruk untuk memulai. Aku ingat pertama kali aku berkomitmen dengan "seseorang" pada bulan Desember. Berkenalan dengannya seminggu setelah hari ulang tahunnya, sedikit tidak nyaman awalnya. Menurutku "agresif", dan entah aku biasa saja, keadaan kita, dia tinggal di Padang dan aku di Bali, haha. LDR yang spektakuler. Berawal aku hanya "iseng" dan "maen-maen" sih *upst but aku menyukainya, finally. It's just "LIKE" not "LOVE". Mengingatnya membuatku ingin tertawa, ciyus deh. Bodoh apa polos aku saat itu?? Dan itu setahun yang lalu.

Gambar 1 : Remembering Past 

Sebelumnya, aku bersama dia, my first love *ceileeh* bukan pacar pertama :D
Tapi memang tak  pernah ada kata komitmen, kalo sekarang sih mungkin namanya HTS (Hubungan Tanpa Suami *Status*) haha. Jika mengingatnya, aku harus menerawang jauh sekali dan menepis kembali beberapa luka dan itu sedikit menyakitkan. Baiklah, life must go on, biarlah kenangan tersimpan rapi ditempatnya, lebih lebih jangan terlalu sering dibuka, indikasinya bisa amat berbahaya! I swear!!

Ahh, setelah mengingat beberapa masa lalu pasti deh mengingat kenangan yang masih menghangat sampai detik ini masih kurasakan. Senyumnya, pahatan wajahnya, matanya, dan semua tentangnya mungkin masih segar dalam memory, tapi basi dalam mulut. Namun candu akan dirinya terkadang menyiksa sesaat. Hei, bidadariku, aku merindumu. Apa kau mendengarku? Apa kau kini bahagia bidadari? Dengarkan aku, aku tahu batinmu tersiksa, aku tahu kau kesakitan disana, tapi kau munafikkan sakitmu dengan tawa palsumu. Kau tahu, harusnya kau tahu bahwa aku merasakannya. Darahku pernah mengalir dalam tubuhmu, bidadari. Tapi kali ini aku benar-benar harus membuangmu dari ingatanku bidadari. Aku kan selalu berdoa untukmu, selalu, disetiap sujudku. Kau memberiku sejuta kisah, kau mengajariku segalanya. Aku ingin bersahabat denganmu bidadari. Mengapa kau menghindar? Mungkin rasaku padamu telah berubah, aku sudah merajut lukaku sendiri, luka yang pernah aku buat sendiri pula, untukmu. Aku hanya ingin senyum tulusmu kembali bidadari, itu saja. Senyummu, bagai ribuan titik salju di gersang hatiku. Terima kasih kau pernah jatuh di jantung hatiku, terima kasih telah memberikan warna dalam hariku, dulu. Semoga Tuhan masih melindungimu dan Tuhan membantuku menghapus candu akan dirimu, perlahan. Pergilah bidadari, aku telah melepasmu, membiarkanmu bebas tanpa rantai dariku. Jaga  baik-baik apa yang telah kuberi untukmu. Aku tak ingin serpihanmu mengganggu hidupku saat ini dan nanti. :)

"R"
Kembali ke Desember, berawal dari Desember dan semoga berakhir di Desember pula. Awalnya ini seperti tahun lalu, berkenalan dengan masih membawa luka dan berdarah. Namun, the power of "Witing Tresno Jalaran soko Kulina" benar-benar telah meracuniku. Mungkin berusaha kutolak, tapi sudah menjalar jauh menginfeksi otakku. Aku, terlalu pengecut untuk kembali berkomitmen, walau aku tahu rasa ini tak bisa kumunafikkan lagi. Aku hanya belum siap, rongga hatiku masih begitu rapuh, terkadang lancang membukakan pintunya pada masa lalu dan terkadang mengunci rapat untuk dia yang baru. Aku tak ingin menyakitinya Tuhan, aku juga bukan memberinya harapan palsu. Suatu saat, aku janji, jika Tuhan memang akan menjadikanmu yang terakhir, Tuhan akan meyakinkan hatiku untuk memilihmu. Tuhan, jika cintamu masih menyertaiku, ijinkan aku berikan cintaku kepada orang yang mencintaiku. Ikhlaskan dia yang telah pergi dan sambutlah ia yang kini datang. Yakinkan bahwa ia akan menjadi yang terakhir. Ajari aku lagi bagaimana mencintai setiap bagian dari dalam dirinya, seperti aku mencintai bidadarimu dulu Tuhan. Agar ia juga akan mencintaiku bukan karena lebihku tapi juga mencintai setiap bagian kekuranganku. Karena hanya dengan itu aku yakin Tuhan. :D




Sekian lama tak menulis seperti ini, rasanya sedikit gagap. Aku rasa ini seperti curhatan, tapi maksudku adalah harapan. Setidaknya sekali saja mencurahkan apa yang sedang aku pikirkan dan menuangnya dalam susunan kata yang mungkin jauh dari kata "indah" tapi aku membaginya dengan tulus. haha. Ketika semua terkumpul seperti ini tiba-tiba saja langit kotaku mendung dan gelap, air bangsat itu turun lagi,dan mengalir memberiku kata demi kata. Hingga baris terakhir kutulis dan sepotong puisi kubuat, hujan masih mengguyur, dan ketika semua selesai, mendung mulai lelah dan pergi :)
Sedikit pantun garing yang kubuat sendiri selama bertahun-tahun tak membuatnya :D

Panjat pohon mencari madu,
lihat Pak Lurah meminum arak,
Indahnya kasih adanya rindu,
tapi ini rindu terhalang jarak.

Beli arak ke Jogjakarta,
pulangnya mampir beli alpukat,
Biarlah jarak memisah cinta,
tetapi hati kita adalah dekat.

Selamat pagi dan semoga Desember kalian menyenangkan

Sabtu, 03 November 2012

A N G E L


Ah, November datang dan semoga membawaku tetap lebih baik. Dua bulan sudah aku berpisah dengan sosok indah makhluk Tuhan. 
Percayakah kalian dengan malaikat? Pasti percaya, tapi percayakah kalian dengan bidadari?? Makhluk yang dikabarkan memiliki paras sempurna dan keindahan sempurna. Aku percaya, bidadari ada dan pernah jatuh tepat di sela sela hatiku. Kedua aku percaya karena Westlife berkata dalam sebaris liriknya “I believe in angel”. Kali ini aku hanya ingin menyampaikan salamku pada sesosok bidadari yang entah dimana dia berada.



>> 
Hei bidadari, ingatkah kau denganku?? Bagaimana kabarmu di surga? Apakah telah kau temukan sebelah sayapmu? Apakah Tuhan mengampunimu bidadari?
Hei, aku merindukanmu.
Dulu, aku ingat, sangat mengingatnya ketika kau jatuh dan sayapmu hampir patah. Kau cacat, kau menangis. aku tak percaya kau menangis.

Hei bidadari, maav aku merusak lagi sayapmu yang hampir saja kuperbaiki.
Kau ingat bidadari, pertama kali kita bertemu kau masih begitu bercahaya, kau mengatakan bertemu aku bahagiamu. Aku mencoba merajut luka sayapmu yang sedikit rusak tercabik oleh seseorang. Tersadar kita bukanlah ditakdirkan bersama karena aku manusia dan kau bidadari. Kau terlalu sempurna untuk bersamaku. Tapi kau membiarkanku tetap terus merajut sayapmu dengan helai robekan hatiku. Aku mulai lelah, benangku hampir kandas untukmu. Kau berjanji takkan biarkan aku mati, kau bilang akan menjaga baik benang rajutanku selamanya. Aku percaya padamu bidadari. Kau suci. Aku penuhi semua inginmu. Setiap kali kau mulai mencoba terbang kembali dengan sebelah sayap rajutanku, kau terjatuh. Tapi aku tahu kau tak menyerah, hingga kau mulai terbiasa dengan sayap cacat. Aku senang melihat senyum sempurnamu.

Hei bidadari, kau satu dari sekian juta bidadari, aku ingin bertanya padamu yang sejujurnya ingin kutanya sejak awal aku menatapmu dan sejak kau mengizinkan ku menyulam sayapmu. “ Mengapa takdir mempertemukan aku dan kamu yang pasti aku tak mungkin layak untukmu? Dan mengapa kau membiarkan aku memberikan benang hatiku jika sebenarnya sebelah sayapmu akan sempurna oleh pasangan yang ditentukan Tuhan untukmu?” . Mulutku serasa kelu saat pertanyaan itu ingin kusampaikan padamu bidadari.

Hei makhluk sempurna, aku tahu, tak hanya diriku yang mungkin mengagumimu, ingin milikimu, mencintai sosok indahmu. Aku hanya percaya karena kau percaya padaku. Ingatkah bidadari, saat kita bersama tersenyum, kita bersama tertawa, bersama sama nikmati indah dunia, aku merasa kau bawaku ke surga. 
Kau abadi dan aku bisa mati.
Aku menyesal ketika apa yang menjadi tawaku itu adalah sentuhan sengajaku terhadap lukamu. Kau kesakitan dan aku sungguh tidak peka. Aku tak tahu jika bidadari sepertimu membutuhkan waktu lama untuk sembuh. Berkali kali aku dengan sengaja menyentuh lukamu dan kau menutupi sakitmu dengan senyummu. Kau tahu bidadari, saat aku menyentuh lukamu, aku merasa itu adalah dosa. Aku merasa Tuhan marah karena aku menyakiti makhluk sempurnanya.

Aku tak sadar bidadari, bahwa dibalik ketidak pekaanku membuatmu lemah. Aku tak tahu jika benang hatiku membutuhkan aku, pemilik asalnya. Aku seperti membiarkan serpihan benang hatiku hidup sendiri. Dia sakit bila aku acuh.

Hei bidadari, bagaimana lukamu sekarang? Apa telah kau lepas benang-benang yang dulu aku rajut untukmu dengan keringat darahku? Kudengar sayapmu telah ada yang memperbaiki? Apa itu benar bidadari? Apakah dia baik? Apakah dia mencintaimu seperti aku mencintaimu? Sesalku kini bidadari, membiarkanmu terbang kembali ke surga sendiri bersama benang hati yang marah padaku. Kini tinggal serpihan yang ada pada tubuhku, sakit rasanya, benar benar perihh. Aku tak tahu sampai kapan aku bertahan. Aku sangat sadar bahwa kita memang tidak ditakdirkan bersama. Tapi aku dan kau terlalu memaksa. Mungkin inilah cara Tuhan tunjukkan bahwa Tuhan marah. Tapi aku merindukanmu wahai bidadari, amat merindumu.

Hei bidadari, bolehkah aku menemuimu? Aku yang telah merobek sayapmu dengan mata lidahku. Pantaskah aku menemuimu kembali? Aku hanya ingin bersua denganmu, melihat keadaanmu, melihat sayapmu dan merasakan hangat sinarmu. Aku takkan memintamu kembali, aku tak akan membuat Tuhan marah lagi. Aku hanya tak sanggup jika memaksakan bersama makhluk sempurna sepertimu. Akan perih bahkan lebih perih jika takdir tunjukkan kebenaran.

Hei bidadari, ceritakanlah padaku, bagaimana surga? Bagaimana teman-temanmu? Aku ingin mendengar kisahmu. Aku takkan mengacuhkanmu lagi. Aku akan mendengar setiap kata yang kau ucapkan. Mungkin berkali kali aku menyakitimu bidadari karena aku hanyalah manusia. Aku tak mampu menjaga makhluk sempurna sepertimu. Aku manusia dengan segala ego, manusia dengan segala omong kosong yang tentunya kau dengan mudah tahu apapun yang kulakukan. Tapi perlu kau tahu bidadari, mungkin kau perlu belajar tentang sesuatu yang dinamakan CINTA. Mengapa aku rela merobek hatiku sendiri demi sayap cacatmu? Kau hanya perlu pahami bagaimana manusia dan bukan hanya lihat kurangku. Kau tahu bidadari, kukira awalnya kau amatlah sempurna, tapi aku tahu Tuhan Maha Adil, kau masih memiliki kekurangan. Tuhan memang menciptakanmu dari cahaya tapi kau masih bisa terhalang mendung. Dan kau tahu bidadari, siapakah yang lebih sempurna? Dialah pencipta kita, sempurna dari segala kesempurnaan.

Hei bidadari, aku sangat mencintaimu hingga candu, aku tetap melihatmu sempurna, aku masih merasakan indahmu. Walau aku tak bisa bersamamu, tapi aku masih meninggalkan serpihan hatiku pada sayapmu. Kuharap saat aku bertemu lagi pada dimensi lain, serpihan benangku masih tersisa di sela sela sayapmu yang mungkin telah sempurna oleh sayap lain. Satu hal lagi bidadari, dalam setiap doaku, setiap lelapku, dan setiap waktuku ada namamu. Aku selalu berdoa agar kau tak terluka lagi, tak menangis lagi dan Tuhan mengampuni kita. Bukankah surga indah bidadari?
Aku telah berjanji pada Tuhan bidadari, kau akan menjadi malaikat terakhirku. Bantulah aku bidadari, bantu aku menjaga hati dan janjiku. Tolong bantulah aku, hingga Tuhan mengambil ruhNya dari ragaku. TETAPLAH HIDUP BIDADARI INDAHKU. :’) 
<<





"Berbahagialah dimanapun kamu, kesempurnaanmu membuatku merasa bahwa aku bukanlah apa apa."

Kamis, 11 Oktober 2012

Hujan


Aku mendongak menanti fajar, 
Entah, mentari perlahan enggan menyinari bumi,
Gumpalan kapas gelap beriring menghadang secercah sinar hangat,
Hanya abu abu dilangit,
Tak ada biru, putih, seperti biasanya,
Tak ada nyanyian riuh burung burung pagi hari,
Hanya tetes tetes embun yang perlahan cair dan hilang,
Dan dingin mencekam,
Berpasang pasang kilat saling menampar,
Perih kurasa,
Aku lelah mendongak,
Aku benci suasana ini,
Sejenak aku terdiam,
Merunduk, mendongakkan telapak tangan,
Ribuan titik titik air turun dengan riang membasahi bumiku,
Dingin, senyap, aroma khas tanah basah mulai meracuni darahku,
Seketika aku merasa jantungku ingin berhenti berdetak,
Otakku berputar terbalik membuka kenangan sampah yang berusaha aku sembunyikan,
Riang air yang turun membuatku tercekat, tak mampu mengelak,
Semuanya berkumpul di ujung tenggorokan dan hanya air dari pelupuk mataku yang mampu berkata,
Titik titik biadab itu membasahi wajahku,
Senyummu, tuturmu, sapamu, riangmu, marahmu, aku merindunya,
Ah, aku kira itu semua hanya semu,
Fatamorgana tentangmu menelusup di depan pandanganku,
Sedikit demi sedikit terhapus, melebur bersama aliran air hujan menuju ujung cakrawala,
Dan sisanya akan menguap hilang,
Kenangan singkat tentangmu kini hanya tinggal ukiran kusam disalah satu ruang hatiku,
Aku hanya membukanya sesekali, atau terbuka karena hujan sialan itu,
Berusaha melupakanmu, menghapus rasa rasa ini,
Bagai membiarkan cairan anestesi menembus nadiku yang akan melumpuh sementara,

Ketika tiba waktunya aku tersadar semua telah berubah,
Aku lemah, tak mampu memegangmu erat,
Aku pengecut, sembunyikan rasaku tanpa menguburnya,
Aku bodoh, membiarkanmu hilang dari pandanganku,
Aku hanya ingin kembali sebelum mengenalmu,
Tapi langkah matahari tak bisa mundur,
Jalan air tak bisa naik,
Hanya Dia yang memiliki alam ini yang mampu merubahnya,
Aku hanya butiran kecil dari bagiannya,
Berlutut menghadapnya memohon dirimu,
Dia hanya diam dan menjawabnya sebentar,
Suatu ketika akan Ia singkirkan pasukan gelap itu,
Kembalikan biru putih angkasa,
Aku, hanya akan menunggu, kapan jutaan butiran air bangsat ini berhenti,
Butiran air yang selalu membuka kenangan kenangan dirimu,

Aku membuangnya, dan ia hanya menguap lalu kembali menjadi ingatan,
Layaknya air yang mengalir pergi, menguap dan akan kembali lagi,

Selamanya aku membencimu “HUJAN”

Senin, 01 Oktober 2012

Pain in Mind



Kembali aku menulis tentangmu dengan luka tersayat oleh lidahmu.
Masih kurasakan hangat ciuman kita saat kaki ini  melangkah turun dari tangga tepat diujung lorong kamar kostmu dengan segenap emosi yang meluap karena acuhmu.
Tanganku terasa berat dan tak mampu untuk merebut HP yang kau genggam dengan tawa candamu bersama seseorang bangsat di ujung telepon, di depan kekasihmu, aku.
Tawamu bersama bajingan murahan itu masih memutar diatas kepalaku.
Sakit, hanya itu yang aku rasakan bercampur dengan amarah yang hampir tak terasa terdesak dengan rasa lain.
Apakah hanya balas dendam yang ada di otakmu?? Membalas sedikit kebohonganku yang bukan tanpa alasan.
Berkali kali kau katakan untuk mengakhiri hubungan kita namun aku hanya terdiam dan memohon padamu.
Aku hampir tak mengetahui bagaimana hatimu sebenarnya.
 Kamu mengatakan bahwa kamu mencintaiku, kamu selalu merindukanku, tapi kenyataannya seperti kamu menunggu aku membuat kesalahan dan lari sejauh jauhnya dariku.

“ Apakah kamu sayaang padaku??”, tanyaku.
“ Pertanyaan bodoh.” Katamu.
“ Aku serius, apakah kamu sayaang??”, tanyaku lagi.
“ Dengan semua apa yang aku lakukan, apa kurang cukup bukti bahwa aku sayaang padamu??”, jawabmu sedikit kesal.
“ Aku percaya, maukah kau jadi kekasihku??”, tanyaku sambil menyeret gelas ice cream, satu satunya kamu pesan. “ Jawab pertanyaanku dan aku akan mengembalikan ice cream milikmu.”
“ Iya.” Jawabmu.
“ Apa??”, tanyaku meyakinkan.
“ Perlu aku ulang lagi?? Iyaa aku mauu jadi pacarmu.”, tegasmu.

Tiba-tiba percakapan itu muncul kembali dalam memori otakku.
Aku ingin kembali ke masa dimana kamu masih memanggilku sayaang, saat bibirmu berkata kamu mencintaiku dan saat kita masih bisa duduk berdua tanpa jarak.














Tak ada lagi memanggilku sayaang, tak ada lagi mengucapkan selamat pagi untukmu, tak ada lagi pesan yang selalu kutunggu darimu, tak ada lagi dirimu.
Mengapa semua berjalan begitu cepat Tuhan??
Aku merasa baru kemarin bertemu dengannya, menjadi kekasihnya.
Aku telah dibuang, begitu lebih tepatnya. Kamu membuangku dari semua ingatan, kenangan dan serpihan hatimu.
Aku dengan bodoh tetap menunggumu, memperhatikanmu.
Aku rela menghilang dari rumah untuk memperhatikanmu dari kejauhan, memelukmu dari setiap mimpi malamku.
Aku melihat kamu berjalan menuju masa depanmu.
Raut wajahmu, tanpaku, begitu bahagia.
Aku akan belajar, belajar tanpamu yang entah kapan aku bisa membuangmu seperti kamu membuangku.
Mimpi mimpi yang kita rencanakan telah larut hancur bagai debu.
Ingatkah janjiku untuk menikah denganmu dan membeli sebuah rumah hanya untuk kita, aku dan kamu.
Kamu tetap yang terindah bagiku.
Aku, hanya sampah bodoh, lebih pantas disebut pecundang yang telah berkali kali disakiti namun tetap saja percaya.
Bukan, aku bukannya bodoh, aku hanya terlalu mudah membuka hati, dan mudah jatuh hati.
Aku hanya mampu berdoa dengan semua luka ini, berikan yang terbaik untuk para bajingan yang telah menyakiti hatiku.
Dengan meminum semua obat obat tak berguna ini aku hanya bisa menunggu kapan Tuhan akan memelukku, obat yang hanya meredam sakitku tidak menghentikan.
Aku berharap padamu, inginku menutup mata dengan masih mencintaimu. :)
Inginku memandang wajahmu, kedua matamu dan meminta maaf padamu.
Keraguan membuatku enggan mendekatimu, seperti ribuan besi mengelilingimu melindungi hidupmu dariku.
Tuhan, dua bulan yang lalu kutemukan sebelah sayapku,  kini sebelah sayapku lepas dan mencari pasangan sayap yang lain.
Aku tak mampu terbang lagi, aku tak mampu bernyanyi lagi, duniaku meredup kehilangan sinar karena matahari tak lagi membantu bulan bercahaya.
Cukup, aku telah cukup bahagia dengan gelapnya duniaku.
Semua luka dan darah ini, aku rasa cukup. :)

Selasa, 25 September 2012

Yang Kusebut Itu "F*CK"


Aku lelah. Lelah dengan suara busuk yang kudengar tentang kehidupanku.
Tentang orang tuaku dan tentang sampah sampah kecil yang kusebut Teman.
Mulut-mulut makhluk bak infotainment membuatku terusik, aku lelah.
Mengertilah.
Aku yang hidup dengan sejuta masalah.
Aku tahu bahwa masalah tak hanya tertuju padaku.

Semua orang lahir sepaket dengan masalah masalah mereka.
Aku hanya ingin mulut kalian diam mengusik kehidupan orang lain.
Apakah hidup kalian lebih baik?? ataukah lebih sempurna??
Aku rasa jawabannya adalah tidak.
Kita memang dianugerahi sebagai makhluk yang hidup berdampingan tapi tidak mendampingi masalah orang lain.
Tak apa jika dengan mulut kalian bisa menyeleseikan masalah, kalau sebaliknya?? Bedebah, Bullshit!!
Ayahku mengajarkan untuk tidak memperdulikan apa kata anjing, tahan sampai kamu benar-benar telah muak.
Cinta?? 
Lebih memuakkan lagi mendengar kata kata itu.
Selama ini aku selalu memuja cinta, beberapa kali diperbudak oleh cinta.
Bodoh, polos, buta, tuli terserah apa sebutannya,  membuat duniaku terang sekejap kemudian gelap.
Disakiti, dilukai dicabik cabik di bagian hatiku dan aku hanya bisa diam layaknya balita diberi mainan baru yang dengan tiba-tiba direbut mainannya.
Ah entalah aku muak dengan cinta, hanya percaya Tuhan berikan yang terbaik untukku.
Percaya bahwa tulang rusuk takkan tertukar.
Aku bukan orang baik, tapi juga bukan orang bajingan dan bejat.
Setidaknya aku tak pernah membunuh, tak pernah melukai dengan senjata tajam.
Aku pernah setidaknya tiga kali atau bahkan lebih melukai beberapa orang yang masih menjadi hantu dalam hatiku hingga detik ini.
Sesal telah melukai menghantui setiap langkahku, menjadi bayang bayang dimanapun aku menginjakkan kaki.
Aku hanya seseorang yang salah jalan selama beberapa kilometer jauhnya dan mencoba merangkak kembali mencari jalan benar.
Seseorang telah membuatku nyaman dijalan salah itu, dan orang itu pulalah yang menyeretku kembali keujung dan melilih jalan dimana aku harusnya melangkah.
Aku hanya mampu berdoa kepada Tuhanku, semoga masih belum terlambat aku untuk kembali.
Keluarga, hanyalah tempat dimana aku belajar, belajar apa itu hidup.
Acuh mereka, pandangan sebelah mata mereka tak berbeda dengan sampah sampah yang hanya mampu menghujat.
Bagi mereka keluarga mungkin segalanya, tapi bagiku mereka tampak seperti sekelompok orang yang membawa berton-ton karung yang harus aku bawa kemanapun aku pergi.
Aku bahkan tak tahu apa isi karung-karung yang mereka tumpukan paddaku.
Yang kutahu mereka hanya menuntutku menjadi apa yang mereka mau, menjadi ROBOT mereka.
Lelah, aku hnya ingin berada di pelukMu, sebentar saja Tuhan.
Aku ingin mencari atmosfer ku sendiri, terbang tanpa sangkar.
Aku ingin sejenak bebas, memilih gang gang kecil sementara hingga akhirnya aku harus kembali.
Menjalani semua takdir takdir yang telah tertulis untukku, untuk hidupku.

Senin, 24 September 2012

My self??

hmm..
entah apa yang kalian pikir tentang aku saat kita pertama kali bertemu, berkenalan, dan kita berteman...
mungkin ada yang menilaiku buruk, gak normal, urakan, seenaknya, baik, easy going, menyebalkan, simple ato apalah sesuai penilaian kalian..

padahal semua itu hanya sekelebat dari diriku, dan siapa aku??
kalian tidak akan pernah tahu,
bagaimana aku yang sesungguhnya...
yah walau mungkin ada yang kekeuh kalo dia bisa mengenalku,
dan bahkan mengaku tahu karakterku..
hmm, coba pikir laggi deh..
aku bukan orang yang selama ini kalian kenal,
bersandiwarakah??
kalo memang iya??
mungkin setelah mengenalku lebih dalam, kalian akan menjauhiku, perlahan...
aku hanya bangga dengan diriku atas keSETIAanku kepada semua hal...
semua yang telah aku yakini adanya..
aku salut dengan orang-orang yang sok tahu akan diriku,
dan orang orang yang percaya akan sandiwaraku :)
haha,
dan diantara kalian bahkan akan sontak mengatakan, "dasar setan" atau "sialan" atau "aku tak peduli"

cinta.
sayang.
aku tidak bisa main main dengan hal itu...
hal sakral yang tak boleh ternodai oleh hal buruk dari ulahku...
aku sungguh-sungguh dengan hal itu...
tak dipungkiri kodratku adalah cewek...
disakiti?
dikhianati??
dibohongi??
itu wajar, dan sakit itu kuabaikan...
sombong??
munafik??
yah, sakit itu hanya aku dan Tuhan yang tahu....

heiii, aku sadar akan siapa diriku setelah aku membuka mata dari semmua perbudakan masa sekolah yang aku akui aku bodoh waktu itu...
seseorang telah mengajariku dan membuka mataku bagaimana dunia yang sesungguhnya..
dan siapa aku??
haha mengingat masa itu membuatku ingin tertawa :D
sekarang, menata ulang hati, dengan menjalani takdir sampah yang saat ini berlangsung di keseharianku...
aku akan melalui jalanku, jalan yang memilihku melangkah, bukan aku yang memilih jalan mana yang akan kulalui...
tidak konsisten??
tidak berpendirian??
hmm itu urusanku..

aku adalah aku,
rasanya setelah menulis semua ini, aku ingin tertawa...
dunia ini adalah games bagiku, dipermainkan atau mempermainkan??
mau menang atau mengalah??
ingin lanjut hidup setelah kalah atau gugur di tengah permainan??
itu pilihan bro...

seuntai pesan dari bokap yang selalu beliau tanamkan padaku, itulah tiang yang bisa aku genggam saat ini..
aku kuat karenanya...
tak bisa dipungkiri bahwa manusia tak bisa hidup sendiri,
sahabat, keluarga dan diriku menurutku itu cukup...
orang lain itu pelengkap permainan kehidupan... :)
belajarlah untuk tidak men-judge orang terlebih dulu...
this is my life...
THIS IS ME :) 

Laura

rasanya memang sedikit enggak masuk akal,
sejenak aku berpikir tentang aku dan wanitaku,
menyesal,
tapi kadang amarah,
mengingat apa yang dia lakukan membuat semuanya terasa panas,
tapi aku menyayanginya Tuhan,
jika Kau tahu Tuhan, bahwa akhirnya akan sama,
kenapa Kau biarkan hati ini terpaut padanya?
Tuhan, aku tahu, rencanaMu tak mungkin tanpa pertimbangan,
jalanMu pasti indah,
tapi jalan yang aku pilih mungkin salah,
mungkin.

sayangku, orang yang ada dihatiku saat ini,
tahukah kamu,
sayangku benar-benar tulus,
tapi kau main main dengan semua ini,
salahku juga mengambilmu dari seseorang yang kau sebut itu "pacar"
awalnya telah salah, akhir ini pun tak benar,
semuanya itu salahku,
salahmu hanyalah,
mengapa kamu memulaainya jika kamu dari awal tahu jika kamu akan bersamanya pada akhirnya??
percayaku padamu lebih dari aku percaya teman baikku,
pengorbananku, tak perlu dibicarakan,
katakan, katakan apa yang sebenarnya kamu sembunyikan??
apa??
kamu tak pernah menjawab ketika aku bertanya tentangmu, tentang semuanya,
kebohongan apa kejujuran??
aku bahkan tak bisa membedakannya...
sama sekali tak bisa....
siapa sebenarnya kamu??
aku bahkan tak tahu..
yang aku tahu hanya sebatas nama dan tempat belajarmu...
hanya ituu, setelah itu, entahlah...


baru tersadar bahwa postingan ini hanya tersimpan di draf dan enggan ku publik :)

Minggu, 26 Februari 2012

Wortnias part 1

Sore ini cuaca tidak menunjukkan rona yang bersahabat,
aku duduk lelah dekat jendela kamar kosku dengan wajah amat bosan melihat aktivitas-aktivitas di sekitar.
Tampak hiruk pikuk sekumpulan warga yang sibuk dengan urusan masing-masing,
seorang ibu paruh baya duduk bercengkrama dengan cucunya,
ibu muda sibuk mengangkat jemuran tadi pagi dengan dua bayi kembar di gendongannya,
bapak-bapak bermain catur,
aktivitas-aktivitas yang malah membuat otakku tak hijau bahkan semakin penat setelah ceramah kuliah dari
Dosen kesayangan dan berkutat dengan garis sepagian ini.
Aku benar-benar butuh sesuatu yang membuat kepalaku dingin,
Aarrrrrrrgh….. teriakku dalam hati,
kapan semua ini akan berakhir,
masih ada tiga tahun lagi aku harus melalui hari-hari penatku, its boring.
Langitpun akhirnya menumpahkan bebannya ke permukaan,
hujan kali ini benar-benar sangat deras, gemuruh dan kilatpun tak mau kalah bersahutan.
Aku memeluk kakiku konstan memandang kegiatan diluar jendela,
aku kedinginan dan kesepian,
mataku menerawang kosong tiba-tiba air mata jatuh.
Aku menangis.
Puing-puing kenangan masa lalu mampir dalam pikiranku.
Kenangan memancing bersama ayah dan aku hanyut ketika aku berumur lima tahun,
kenangan bermain permainan tradisional dengan teman-teman masa kecilku,
kenangan teraniaya semasa TK, kenangan tiga tahun di SMP yang mengajari arti teman,
dan yang paling berkesan adalah kejayaan masa putih abu-abu yang takkan kulupa seumur hidupku.
Guntur keras menyadarkanku dari semua ingatan-ingatan bintang yang mungkin tak dimiliki oleh orang lain,
dan itu semua, milikku yang amat berharga.
Kulihat awan masih hitam, air mengguyur tanah dengan riang, kilat masih berkedip-kedip di langit.
Diseberang jalan gang ini terlihat sekumpulan anak SMA yang baru pulang sekolah basah kuyup dan
berlindung di teras rumah depan kosku.
Aku kembali meneteskan air mata mengingat masa ketika aku masih seperti mereka, tawa tanpa beban anak
putih abu-abu.
Persis ketika aku berada di posisi mereka, masa abu-abu penuh kenangan.
Aku masuk di SMA terfavorit di kota kecilku, Trenggalek, walaupun tidak melalui jalur yang terbaik.
Semua kenangan manis, pahit, asam, bahkan asinpun terasa selama masa SMA masih lekat di dalam
memory otakku. Disana pula aku benar-benar belajar memulai masa dewasaku, belajar berbagi, belajar realita kehidupan, belajar arti teman dan keluarga.
Tawa, tangis, kecewa, sakit, cinta, dan segala tetekbengek kehidupan remaja bercampur layaknya gado-gado.
Aku sangat bersyukur Tuhan memberiku kenangan yang benar-benar tak tergantikan dengan apapun.
Kenangan yang melekat erat dihati bahkan dalam otak para pelaku dalam semua kenangan tersebut.
Tiga puluh sembilan anak dari berbagai perbedaan bersolidaritas bersama menyatukan potongan-potongan perbedaan di dalam satu rasa inilah yang kami sebut ‘WORTNIAS’


to be continued.... :)

Minggu, 19 Februari 2012

I don't Know

Tak mengerti,
Sama sekali dengan jalan pikiranmu
Atau, aku emang sudah benar-benar bodoh,
Atau, aku terlalu baik karena terlalu berhati hati biar tak tersakiti,
Lagii,
Entahlah, tapi ini menyakitkan,
 Hampir kehilangan nyawa karena otakku terisi olehmu,
Awalnya aku pikir akan mudah bila tanpa rasa,
Tapi pepatah jawa itu rasanya benar adanya,
witing tresno jalaran soko kulina”
Haah ternyata sulit juga untuk melupakan orang yang bahkan tak pernah aku pikir bakal tertancap di hati
Mungkin kamu berhasil merubahku sedikit lebih baik,
Dan membuatku lupa akan hal buruk,
Aku sangat berterima kasih akan hal itu,
Terima kasih banyaaak,
Tapi setelah sekian lama, belangmu terlihat,
Dan semakin terlihat,
Pantas tak ada yang mau mendekatimu,
Aku  pun mungkin akan demikian beberapa hari lagi setelah aku bisa memulihkan hatiku,
Tak ingat kamu dan tak peduli padamu,
Tapi aku rasa memang aku deh yang bodoh,
Kamu telah memberi tahuku tentang siapa kamu dan telah menawarkan perpisahan,
Tapi dengan bodohnya aku menolak,
Padahal kamu juga sudah katakan kalo aku bakal tambah sakit,
Hah sekali lagi aku bodoooh,
Haruskah aku putuskan,
Tapi setiap kali dia kembali hati aku pun balik lagiii
Aaaaargghh..
Gila,
Kisah cinta ini gilaa,
Pertama ini aku coba,
Dan ini sama saja dengan kisah cinta normal,
Tetap ada sakit hati..
Mengungkit kebodohanku,
Aku hampir saja merusak pertemananku,
Lagi, gara gara kamu.
Aku emang udah dinilai gak normal sejak SMA,
Aku mah gak peduli,
Ini hidup aku,
Mau aku normal ato gak itu bukan urussan kalian,
Okee, balik lagi ke topik
Kamu, sudah buat aku gila,
Kamu tahu??
Aku gak pengen balik ke Bali secepatnya,
Tapi aku tahu kamu disini,
 Aku  dengan segala kebodohanku memaksa kembali,
Berharap bertatap muka denganmu,
Tapi semua itu mimpi,
Semua itu maya,
Bodohnya aku korban apa itu hanya buat ngejar kamu,
Sampai sahabat aku ikut emosi sama jalan pikirmu,
Seakan kamu bilang “you’re jerk!!” atau “you’re dummy”
Yah itulah aku,
Tetap saja dibodohi dengan kenyataan,
Kamu bilang gak bisa ketemu aku garagara kakek kamu,
OmG, itu alasan macam apa coba,
Rasanya setelah kamu bilang itu aku pengen ngakak di pantai Kuta
Dan rasanya jadi pengen ketemu kakek kamu dan nonjok mukanya, :D
Saat ini aku gak peduli dengan mukamu lagi,
Yah walopun gak bisa bohong bahwa kamu masi dipikiran aku,
Aku coba,
Dan harus bisa…
Aku gak mau hidup dalam bayang bayang kebodohanku..
Tahu gak suatu saat kalo kita ketemu??,
Apa yang bakal aku lakuin ke kamu??
Aku bakal tersenyum dan mengatakan terima kasih banyak telah memberiku satu catatan,
Catatan dalam hatiku…
Thanks to changed me, my first crazy relationshit :)

Jurusan kedokteran menjadi Idola

Hmm, entah ini kebetulan atau memang benar-benar realita peminat jurusan elit ini semakin digemari dan dicari oleh para pelajar yang ingin melajutkan studinya ke jenjang perguruan tinggi. Bahkan banyak orang tua yang mengidamkan anaknya untuk masuk jurusan ini.
Memang menarik dan sangat bagus prospek kerja ke depannya jika kita berhasil masuk di kedokteran. Terlihat mengagumkan juga saat kita bertemu seseorang dan menanyakan kita kuliah jurusan apa, dan jawabannya kedokteran. Pasti orang itu berpikir waah anak kedokteran, waah calon dokter atau pujian lainnya. Alasan-alasan tersebut hanyalah segelintir alasan mengapa Jurusan Kedokteran menjadi idaman. Di lingkungan sekolah saya dulu, hampir 20% atau bahkan lebih ketika ditanya mau melanjutkan perguruan tinggi mengambil jurusan apa? Jawabannya kalau bisa kedokteran. Namun, tidak dapat dipungkiri juga bahwa jurusan lain itu tidak penting. Menurut saya, kita belum tentu juga mengenam kesuksesan jika kita bisa masuk kedokteran. Beberapa kasus memang sebagian besar bukan keinginan mereka untuk masuk ke dalam jurusan idola itu. Berikut menurut saya alasan mereka memasuki jurusan kedokteran :
      1.       Keinginan Diri Sendiri
Untuk alasan yang satu ini, mungkin saya sedikit no comment. Bagus juga jika keinginan untuk masuk jurusan tersebut karena dirinya sendiri. Inilah yang nantinya akan melahirkan dokter-dokter muda yang bagus dan mengagumkan. J . tapi kita juga harus sadar akan kemampuan kita di bidang ini, jangan karena obsesi dan ambisi harus masuk di jurusan ini kalian jadi salah langkah.

      2.       Keinginan/ambisi Orang Tua
Alasan yang ini sudah menjamur di kalangan masyarakat kita. Banyak kasus yang terjadi seseorang dipaksa masuk jurusan kedokteran karena ambisi dari orang tua mereka. Para orang tua usaha mati-matian berupaya keras dengan segala cara agar anaknya masuk di kedokteran. Saya rasa itu adalah didikan yang amat salah, harusnya sebagai orang tua mereka memberikan kebebasan kepada anaknya dimana bakat dan kemampuan anak mereka bisa dikembangkan. Peran orang tua yaitu memantau dan mengarahkan jika sekiranya anak mereka salah mengambil arah. Bukan memaksa anak-anak mereka sesuai kehendaknya. Kenyataan kasus ini pernah saya temui di kehidupan saya. Bahkan tidak hanya satu orang saja, sungguh mengenaskan. Ada dari mereka yang berhasil menolak dengan cara mereka dan masuk ke jurusan yang mereka inginkan, namun tak sedikit juga yang akhirnya memenuhi ambisi orang tua untuk masuk ke kedokteran dengan sangat terpaksa.

      3.       Dianggap sebagai Jurusan paling “Waw”
Hmm, benarkah??  7 dari 10 orang yang saya tanyai, mengatakan bahwa kedokteran adlah jurusan paling mengagumkan. Mereka beranggapan kalau dengan masuk kedokteran nama mereka akan terlihat waw di lingkungan mereka. Pertama karena untuk memasuki jurusan ini saja sangat sulit. Yang kedua, biaya yang dikeluarkan di jurusan ini sangatlah mahal. Dan yang  ketiga, prospek kerja dengan gaji tinggi di kemudian hari. Inilah yang membuat mereka menganggap jurusan ini waw.
Itulah sebagian alasan-alasan yang menurut saya terjadi di masyarakat kita saat ini. Dan itu nyata adanya. Tapi saran saya, ketika kita akan melangkah dalam memilih lihat dirimu, potensi apa yang ada dalam dirimu, karena kesuksesan itu sesungguhnya ada dalam dirimu. Jaminan kesuksesan bukanlah seberapa tenarkah jurusan itu, tapi seberapa kuat anda bertekad untuk sukses. Logikanya, semakin jurusan itu diminati oleh banyak orang semakin sedikit pula kesempatan. Ambillah kesempatan yang kalian kira itu jalan anda.

Minggu, 05 Februari 2012

Four Days


Dua malam menjelang natal, handphone Samsungku mendadak lenyap
Aku meninggalkannya sebentar untuk mencuci muka setelah seharian menutup mata,
Bingung,
Tapi mencurigakan,
Berhari hari aku tlah curiga, aku tahu
Aku tak peduli,karna aku tahu dia akan kembali,
Kembali kututup mataku
22jam sudah aku tidur hari itu..

#Day 1
Esoknya,
Suara itu, suara yang tak asing membangunkanku,
Terdengar suara itu dari luar kamar petak yang kuhuni selama 1 bulan lebih,
Mencurigakan,
Lagi,
Siapa peduli apa yang terjadi nanti..
Kembali aku terlelap,

Ah, suara itu lagi, membangunkanku,
Pintu itu terbuka,
Aku masih tidak peduli
Kurasakan sebuah coretan di pipi sebelah kananku
Aku mengelak,
Lagi dan lagi,
Aku muak, mendongak pada orang yang mencoretku,
Aku terhentak,
Itu  kamu…
Kamu yang aku yakin tak mungkin ada disini,
Dihadapku saat itu..
Aku masih tak percaya,
Sungguh.

Aku berlari, masih tak percaya,
Di dalam kamar mandi, aku terdiam
Aku beku, kucubit kulitku berkali kali dan itu sakit,
Ini bukan mimpi,
Segera kubasuh mukaku, membersihkan mulutku sekenanya
Aku gugup,
Keluar dari tempat itu,
Aku tak menemuinya,
Aku salah tingkah di depan kamar mandi,
Bodoh,
Kudengar langkahmu,
Jantungku hampir jatuh,
Sekali lagi,
Aku memelukmu
Aku rindu,
Sekaligus marah,
Juga bahagia,
:’)

Tersadar 6 pasang mata plus satu kamera merekamnya,
Aku melepasmu,
Aku ingin lebih lama…
Aku masih takpercaya, kamu,di depanku

Kutepati janjiku,
Makan sayur bila kau datang,
Huh rasanya ingin kupotong lidahku,
Ini neraka, pikirku

Kulihat kau terlelap, capek
Setelah menempuh perjalanan seharian,
Aku teringat sebuah rekaman yang kau tunjukkan padaku pagi itu,
Kucari headsetku dan kudengar,
Dan kalau tidak salah seperti ini,

“Kawan, masih ingatkah kau dengan V-Nom,
Tempat dimana kita berkenalan,
Dan disitulah kita memulai kisah,
Awal indah kita lalui bersama,
Hingga dia membuat masalah,
Kenapa kau tak bisa mempercayaiku??
Kau memilih berada di genggamannya,
Kau seperti robot,
Robot yang siap bekerja untuk majikannya kapan saja
Kebencian merasukiku
Tak pernah ku anggap kau ada
Sampai kapan, sampai kapan keadaan ini berlangsung??
Ingatkah apa yang telah kau lakukan??
Semua perbuatanmu dan dia membuatku enggan sekolah,
Inikah yang kau inginkan??
Menghasutku, meremehkanku, menghinaku, semuanya tak bisa kulupakan,
Saat kita berpisah di kelas sepuluh,
Aku merasa nyaman meski harus sekelas dengan dia,
Berpikir kalian takkan membuatku tertekan lagi,
Ternyata pikiranku salah,
Diam-diam kalian masih membenciku, menghinaku,
Kutahan semua ini dalam tangis malam,
Saintrow,
Awalnya aku merasa sama saja berada disini,
Itu semua karena ada KAMU dan DIA, tetap saja sikapku anti terhadapmu,
Aku tak mau mendekat, aku takut akan tersakiti lebih jauh,
Hingga kita disatukan oleh kurawa,
Ingatkah saat kau menginginkan minuman jahat itu?
Saat kau menginginkan asap pembunuh itu?
Semua keluh kesahmu kau katakana padaku,
Kenapa tidak kau katakan pada kawan-kawanmu?
Karna kau mendekatiku, kau dijauhi kawan-kawanmu,
Kau tlah mengambil resikonya,
Hasutan, hinaan dan gossip negatif mereka lontarkan,
Kau tau aku buruk, tapi kau tetap memberiku semangat,
Sampai pada saat perpisahan, terucaplah kata SAHABAT,
Sekarang kita dalam tempat yang berbeda, waktu yang berbeda,
Dan keadaan yang berbeda,
Kita berjanji akan saling memberikan masukan, semangat dan support,
Dan sampai kapanpun kita tetaplah SAHABAT…”

Air mataku perlahan meleleh,
Hatiku sesak, aku tak menyangka
Semua kebodohanku waktu itu menyiksamu,
Aku tak bisa berkata,
Hanya luapan air mataku yang bicara, menyesali semuanya.
Dan aku sadar, kau begitu berharga dalam hidupku
Takkan kubiarkan kamu merasa sakit seperti waktu itu,
Aku berjanji..

Aku mengajakmu melihat sunset,
Namun gagal,
Kita terlambat,
Tahukah hatiku saat itu?
Aku menyesal

Malam itu malam natal,
Kita ke pantai Kuta
Berjalan menyusuri jalan disana
Aku bahagia,

Aku sangat ingat, saat berjalan kembali melewati bibir pantai,
Aku mengatakan tentang keajaiban pantai,
Kamu berdoa di malam itu, entah apa doamu..
Kita mulai kembali berjalan,
Kamu memintaku memegang tanganmu,
Jujur aku gugup,
Indaah,


#Day 2
Sunset di pantai Sanur,
Inginku pagi itu,
Tapi kulihat kammu lelah, kuurungkan niatku,
Kuantar kamu pulang, istirahat…
Kulihat kamu terlelap  sangat capek…
aku tak bisa pejamkan mata

Kamu mengajakku mencari cidera mata untuk ibumu,
Cuaca saat itu sungguh terik,
Bingung hendak kemana,aku berjalan terus menuju Batu Bulan
Teringat aku pernah berkata padanya,
Aku akan pergi ke Batur ke bukit Kintamani bersama kamu dan Reno motorku.
Kulakukan perkataanku, walau bukan janji,
Mendung mulai menyelimuti langit,
Dingin
Aku mulai resah, takut mengecewakanmu
Panorama indah menyambut kami disana,
Sejenak senyummu mengembang,
Hingga kemudian kamu tertarik mengunjungi kuburan Trunyan.
Jujur saat itu aku ragu,
Berpikir antara uang dan kesempatan,
Demi kamu, aku setuju..

Jalan sempit, berliku, berlubang, hancur, kulewati .
Resah,
Lagi lagi demi senyummu,
Perlahan rintik hujan menyambut,
Semakin tumpah air langit, membuat kita basah kuyup,
Perahu dayung sedikit melindungi dari serbuan hujan,
Aku bersyukur waktu itu hujan,
Kamu tak bisa melihatku menangis,
Perih melihat liburanmu mengecewakan,
Ingin kuucap maaf, tapi semuanya beku,
Kusimpan semua hingga petang,
Kutumpahkan tangisku kepada temanku,
Aku sungguh bodoh..

Day #3
Bersantai, berkumpul berlima menikmati hari,
Yap hari yang mendung dan kembali hujan,
Namun, perlahan alam mendengardoaku,
“Tuhan semoga hari ini cerah”
Senyumku tak terbendung,
Sunset yang tertunda harus aku dapat hari itu,
Dan I got it :D
Sekaligus penyesalan terlahir karenanya,
Maaf, lagi,
Aku tak bisa menjaganya,
Aku sungguh bodoh, membiarkan para pria itu memegangmu,
Dan apa yang kulakukan,
Aku hanya diam, diam dan tak berbuat apapun,
Sampai saat ini aku menyesal.. arrrrrghh

Day #4
Hari terakhir,
Yaa, kamu pulang, kembali ke tempatmu seharusnya,
Dan aku tidak akan membiarkanmu sendiri,
Aku mengantarmu pulang,
Oleh-oleh, tiket dan barang bawaan telah rapi,
Tinggal menunggu temanku datang
Sejenak kami berlima berkumpul,
Dan sampai waktunya kita berdua akan berangkat,
Tiba-tiba, tercetuslah ide ketiga temanku untuk ikut pulang bersama kami berdua,
Shock, tak percaya,
Tapi nyata,
Dan berangkatlah kita berlima menuju Malang,
Saat duduk disampingmu itulah yang aku ingin 3tahun lalu
Tak akan kulupa setiap detik yang kulalui bersamamu saat itu,
Empat hari yang begitu singkat,
Dan semoga itu mengesankan,
Walau bagiku waktu singkat itu mengecewakan,
Aku hanya bisa berharap, Sahabatku :)