Entah apa yang terlintas dibenakku tiba-tiba aku akhirnya
membulatkan tekad buat melancong ke negeri Jogjakarta. Awalnya memang pengen
mengunjungi kota itu sejak masih kuliah dulu namun tak ada niat untuk
mewujudkannya dan di akhir tahun 2012 kemaren aku bersama seorang temanku
Waradita memutuskan untuk menginjakkan kaki ditanah Seni tersebut.
Awal kisah sedikit
“mulek” antara jadi dan gak jadi, hingga keputusan Waradita untuk iya berangkat
ke Jogjakarta. Semalam sebelum
berangkatpun, aku harus memutar otak untuk menyusun kata ijin kepada kedua
orang tuaku yang entah hari itu berubah sekali, biasanya dengan mudah aku pergi
kemanapun diijini, sedikit menyebalkan I think. Tapi dunia mengijinkan aku
berangkat setelah melalui proses packing dan ijin palsu yang aku dapat, haha.
Setengah sembilan pagi aku menuju terminal bus Trenggalek diantar adikku naik
bus Jaya, satu-satunya bus yang mengantar kami ke kota Ponorogo. Karena jalur
bus yang saya tumpangi melewati rumah Waradita, dia menanti di depan rumahnya. Perjalanan
yang lumayan panjang untuk jarak Trenggalek – Ponorogo menurutku. But, we
enjoyed. Sesampainya di terminal Seloaji Ponorogo dengan kepolosan kita yang
tak tahu mau naek bus apa setelah itu akhirnya bertanya dengan petugas
perhubungan yang berada di sekitar pintu keluar terminal. Kami disarankan untuk
naik bus “Cendana” dan dengan polosnya (lagi) kita menaiki bus tersebut. Demi Tuhan rasanya itu seperti naik
odong-odong. Ah aku ingat sebelum itu, kami berdua yang menunggu bus jurusan
Madiun itu, aku sempat bertanya dengan kenek bus Restu jurusan Surabaya, kira-kira
seperti ini :
“Pak, ini busnya nanti lewat Madiun gak??”, aku tanya.
“ Enggak mbak kita nanti lewat atas.” Jawab bapak keneknya.
Dan spontan aku ndongak lihat atas dong, secara bapaknya bilang mau lewat atas.
Aku polos banget siih. Ternyata maksud dari bapak tadi itu tetep lewat Madiun
tapi gak berhenti di Terminal Madiun, itu yang dinamakan “lewat atas”. Kami
sejak saat itu tiap lihat bus Restu melintas, urgh pengen nendang rasanya.
Oke lanjut perjalanan kita naek bus odong-odong dari
Ponorogo ke Madiun. Sepanjang perjalanan rasanya pengeen ngumpat, terus sedikit
kesel dan separo nyesel, tapi yasudahlah kita jadikan itu pengalaman yang gak
murah, untung saja supirnya baek banget ngasih info bus mana yang bisa nganter
kita ke Jogjakarta *senyum lebar* . Pukul 12.30 wib kita tiba di terminal
Madiun, menuju mushola untuk melaksanakan sholat dan sekedar cuci muka,
menyegarkan kembali suhu tubuh yang sempat memanas. Sambil berfikir kami kontak
dengan teman yang telah ada di Jogja, what must we suppose to do? Setelah
mendapat kepastian, kami kembali ke peron dan menuju bus Mira paling depan yang
akan menuju ke Jogjakarta. Kami bertemu lagi sama bapak supir yang baik tadi
dan menyarankan jika bus sudah penuh mending pindah ke bus belakangnya. Karena
masih ada banyak bus yang akan membawa penumpang menuju Jogjakarta. How lucky,
kita dapet tempat duduk di bus Mira paling depan, thanks God akhirnya naek bus
yang sebenarnya dan ber-AC. Namuuuun, tidak sampai situ saja perjuangan
perjalanan kami diuji, kita harus transfer bus di sekitar taman Jurug, pindaah
lagii. Dan setelah itu kita gak bisa tidur karena mikir dimana kita nanti akan
turun. Berasa udah ilang dan jauuh banget. Salah seorang temanku ngasih saran
buat “turun di Janti, nanti sama keneknya diturunin “di bawah fly over””, oh
God dalam otak kita itu diturunin di kolong fly over, gak nyangka ternyata fly
overnya setinggi itu. Damn nya lagii kita berangkat hari Jum’at tanggal 28
Desember 2012 dimana itu jalannya macet badai, yang harusnya perjalanan paling
lama 6 jam, itu kita dari setengah sembilan pagi sampai di Janti jam setengah
delapan malam, huh, very very Longtrip. Itupun kita masih nunggu jemputan
teman-teman baik kita disana, mereka baik banget. Oh iyaa, apesnya lagi dari
sore itu cuacanya hujan badai lagi, tapi entah kita masih bisa ketawa dan
bahkan aku masih bisa nyemburin air minum gara-gara celetukan si Waradita yang
gak tahu suasana itu, haha. Sekitar 15 menit kemudian, Rara temanku datang dan
5 menit kemudian disusul Anggadesy datang. Kami makan dan langsung menuju kost
an Rara dimana kita tinggal seminggu kedepan.
 |
| Image1 : Kost an Rara |
Hari pertama itu aku dan Rara
masih terlihat canggung, banget. Seperti biasa pertama kali ditempat baru,
pasti enggak bisa tidur. Aku meremin mata paling lama itu 2 jam. Hari Sabtu 29
Desember 2012, kami berempat cuman jalan-jalan di Jl. Malioboro dan malemnya
kita nonton Kabaret Show di Mirota Batik lantai 3. Pertunjukan yang hanya
diadakan hari sabtu malam itu benar-benar mengocok perut, lucuu banget. Kalo ke
Jogja wajib deh nonton pertunjukan itu, tapi aku saranin bagi yang fobia sama
banci dan juga belum cukup umur, please don’t try to watch it.
 |
| Image2 : Kabaret Show |
Setelah puas
ngakak di hari itu, kita pulang karena besok akan melakukan longtrip ke Gunung
Kidul, tepatnya di Pantai Selatan. Malam itu, aku masih susah terlelap, yasudah
hanya lelap 3jam an malam itu. Pagi-pagi kita semangat mandi, prepare dan
berangkatlah kita ke daerah Gunung Kidul, tujuan pertama kita ke Pantai
Sepanjang. Indah. Dengan ditemani deburan ombak ringan, bau pantai yang khas,
sebuah kelapa muda dan mie goreng, uhh, amazing banget. Sempat menjajal yang
namanya makanan “arem-arem” yang itu bisa dibilang lemper, tapi lebih aneh
rasanya. Mungkin dimana mana rupa pantai sama tapi entah aku speechless buat
nge-describe pantai itu dan pantai yang satunya itu aku lupa namanya *pikun
eg*. Katanya sih ada delapan pantai tapi kita udah ngunjungin dua pantai aja
letoy, eh bukan letoy sih cuma macetnyaa itu loh bikin semangat totally drop,
dan aku juga gak tega ngeliat Rara udah kelihatan capek dan kedinginan karena
hujan. Terpaksa kita pulang buat angetin badan dan istirahat. Entah setan mana
yang bisa bius aku, malem itu aku ilang duluan, Rarapun juga.
 |
| Image3 : Pantai Sepanjang |
 |
| Image4 : We |
 |
| Image5 : Es Kelapa Muda |
 |
| Image6 : Penjual "Arem-Arem" |
 |
| Image7 : Kita |
 |
| Image8 : Lupa Namanya |
 |
| Image9 : Kita (Lagi) |
Yah, hari
berganti, Senin, tanggal 31 Desember 2012, hari terakhir di tahun 2012 kami benar-benar
menghabiskan untuk tidur hingga siang *tapi tidak dengan mataku aku bangun
paling pagi*, bahkan kita terpaksa sarapan pukul 2 siang, planning kita hari
itu ke Bukit Bintang menikmati akhir Tahun disana. Kita mulai moveon sekitar
pukul 3 sore berangkat ke Gunung Kidul pukul 4. Sesampainya di Bukit Bintang
itu sekitar pukul lima sore kita sudah booking tempat paling pinggir biar bisa
menikmati indahnya kota Jogja dari atas. Naasnya, baru kita order makanan hujan
turun, damn. Doa kita hanya satu, semoga saat detik-detik pergantian tahun
hujannya reda. God loves us, setelah beberapa jam sempat hujan deras, sekali,
yang harus kita hangatin sendiri suasana agar gak terlalu canggung dan dingin
tentunya. Mulai dari candaan garing hingga saling sepik satu sama lain, membuat
suasana seketika cair, walaupun sempat kesel sama bapak yang punya toilet, masa
aku cuma nganter doang disuruh bayar, katanya berapapun orang yang turun di
toiletnya dia itu wajib bayar dan juga sempat hampir bayar dobel ke ibu ibu
pemilik warungnya gara-gara notanya dia buat dobel, ergh. Pukul 10.00 wib itu gara-gara aku iseng buka HPnya Rara,
yang menyebabkan dia jadi bahan bully-an oleh kami bertiga, haha, pengen ngakak
kalo inget. Hampir dua jam kita ketawa ngakak hingga gak sadar hujan telah
berhenti dan kami antusias menunggu pergantian tahun disana. Satu-persatu
kembang api dinyalakan, berbagai bentuk, jenis, warna dan tingkat kengerian
yang berbeda menghiasi langit Jogja malam itu. “Firework, beautifull but
dangerous”, kata Rara. Benar-benar best New Year seumur hidupku, biasanya di
Trenggalek, celebrate New Year hanya berlangsung 15 menit dan setelah itu
buyar, dan tentunya, sepi. Awesome banget lihat kembang api yang meletus
bersahutan dibawah, seperti melihat hamparan bintang, bedanya bintang biasanya
berada diatas, ini berada dibawaah. Sekitar pukul 2 dini hari, kita mulai
bergeming dari tempat itu untuk pulang, merencanakan akan kemana besoknya.
 |
| Image10 : Bukit Bintang |
Nah,
tanggal 1 Januari 2013 hari pertama di tahun 2013, kita menghabiskan setengah
hari buat tidur, hingga tercetuslah ide bahwa kita hari ini ke Sekaten
(red:pasar malem). Berangkat sehabis maghrib, memarkir motor dan jalan-jalan.
Satu-satu wahana mulai dari kora kora yang hebring, ngakak abiss, pertama, karena
kita salah milih posisi duduk dibangku paling belakang, kedua di deretan
belakang itu gak ada pegangannya dan kita gatau kalo itu kora kora bakal naek
sampe 180 derajat eh, 90 derajat ding. Dan pas wahana itu jalan, aku sama
Anggadesy cuman ngakak sekuat tenaga, gara-gara si Waradita dan Rara yang
teriak teriak gak karuan ditambah mas-mas yang gak kalah hebring dibelakang
kita, haha. Setelah turun pun, aku masih ngakak. Selanjutnya kita naek ombak cinta katanya,
itulooh yang diputer trus diayun ayun, bedanya kalo di pasar malem biasa itu
gak ada music diskonya, di sekaten ini di tengahnya ditempel beberapa sound
system yang suaranya bikin gendang serasa mau pecah, trus diatasnya dikasih
lampu ala club / diskotik, biar gahol katanya. Setelah naek ombak cinta yang
lumayan bikin pusing, kita lanjut buat ngetes adrenalin kita dengan masuk
“Rumah Hantu”, siapa takut, nah masuknya sih nyantai sampai ditempat yang
bener-bener gelap, dengan posisi jalan Rara, aku, Waradita dan Anggadesy,
ternyata udah ada dua setan unyu yang menunggu. Kita pikir itu hanya boneka,
hingga akhirnya itu kunti gerak dan menyebabkan Rara yang lagi minum
menyemburkan air ke mukanya itu setan. Mas kunti gadungan itu cuman bilang “
Piye sih Mbak??” sambil meringis basah, haha. Kita ngakak sejadinya setelah
melewati pintu Exit. Adrenalin sudah sedikit terguncang, kami lanjut menaiki
biang lala, sedikit awkward banget sih, kita cuman muter gajelas, but oke lah.
Rasa lapar mulai merayap membuat perut berdendang, kami sempat bingung mau
mengganjal perut dimana, dan Alun-Alun Kidul pilihan yang tepat sekali. Sempat
kagum ketika memasuki kawasan AlKid yang awesome dengan lampu lampu sepeda.
Ditambah setelah beberapa jam disuguhi seni jalanan dan tepat dibelakang saya
sepasang suami istri yang romantisnya bikin envy setengah mati, mereka booking
salah satu pengamen yang bisa dibilang keren dan lagunya, ah keren juga. Dalam
otakku, “ Kapan orang tuaku bisa romantis seperti bapak ibu itu”, bener-bener
best moment. Dan hujanpun akhirnya memisahkan kita dengan AlKid. Hampir setengah
3 dinihari kita pulang menuju kost.
 |
| Image11 : Alun-Alun Kidul |
Paginya, tanggal 2 Januari 2013, kita amat
sangat males beranjak dari kasur, moveon sekedar untuk ke kamar mandi dan
terlelap kembali. ketika kita sudah mandi semua, ganti baju dan bersemangat
untuk keluar, hujan dengan tidak sopan turun dengan derasnya, sehingga urung
kita mau keluar. Dan finally, hari terakhir di Jogjakerdah, kita habiskan di
sepanjang jalan Malioboro tanpa Anggadesy, dengan nyasar di Pasar Beringharjo,
berbelanja, tawar menawar, maybe first time aku belanja dengan nawar,
sebelumnya sama sekali aku gak bisa nawar. Rasanya kalo nawar dan dapet barang
itu kek menang lomba balap karung. Tigajam gak kerasa jalan dari ujung hampir ke
ujung lagi. Capek. Setelah makan, kami menunggu Anggadesy dan menikmati senja
di taman sari. Lucky, kita masih sempat diperbolehkan masuk di Masjid bawah
tanahnya yang hampir tutup waktu itu. Keren banget. Suguhan bangunan masjid tua
yang masih bisa dibilang utuh cuman
sedikit berlumut di tembok-temboknya, tapi warisan arsitektur yang patut
diacungi jempol deh. Lanjuut jalan ke kolam renang para permaisuri Keraton,
tempat mandi para istri-istri Sultan yang gak kalah kerennya. Karena hari itu
udah tutup, kami terpaksa manjat tembok warga buat lihat itu kolam renang,
diajarin siih sama guide nya disana, haha. Sempat narsis-narsis an di sebuah
bangunan yang itu masih masa renovasi dan gatau namanya apa. Jalan lagii lewati
gang gang, di kampoeng Cyber itu namanya, ke Situs Pesangrahan Taman Sari,
menikmati senja yang sudah lama kurindukan. Bertemu dengan seorang fotografer
dari Bandung, Waradita pun jadi model dadakan bapak-bapak itu, nice shoot,
dengan siluet senja, bagus banget. Senja terus menua dan menarik gelap,
mengusik kita berempat untuk segera berpindah ke tempat lain. Sembari menunggu
benar-benar gelap, kami kembali berfoto, bercanda disebuah tempat outdoor kek panggung
pertunjukan, memikirkan akan kemana selanjutnya.
 |
| Image12 : Bangunan Renovasi |
 |
| Image13 : Masjid Bawah Tanah |
 |
| Image14 : Di Atas Tembok Kolam |
 |
| Image15 : Narsis |
 |
| Image16 : Taman Sari |
Puas menikmati perginya senja,
kami bergegas mencari oleh-oleh di toko “75”. Tak lama, kami menuju Alun-Alun
Kidul (lagi), seperti enggan berpisah dengan tempat ini, kami duduk di pinggir
lapangan melihat becak berlampu sliweran
dan juga orang orang yang mau melakukan “Masangin”, ituloh yang matanya ditutup
pake kain trus disuruh ngelewatin di tengah-tengah dua pohon beringin. Dan aku
juga dengan asyiknya memperhatikan Rara yang sibuk dengan kembang gulanya,
haha. Daan kita lanjut mengisi perut menuju angkringan KR, nama tempatnya “Angkringan
Gareng Petruk” kalo gak salah sih. Akhirnya merasakan yang namanya The Real
Nasi Kucing, itu porsinya cuman seperempat volume lambungku, tapi karena masih
pertama aku cuman makan satu bungkus, hehe. Beberapa menit kita bercanda dan
aku harus menyaksikan kejadian luar biasa yang membuat aku ngakak gak bisa
berhenti. Awal mula, kita bercandaan, nah aku minum tuh, eh diketawain sama si
Anggadesy, aku jadi pengen ketawa juga sambil nahan air yang ada dimulutku. Tiba-tiba,
Anggadesy bilang “awas ya kalo kamu nyembur,” dan disertai dia ngiler, oh my
God, aku seketika cepat cepat nelen air teh ku dan ngakak sejadinya. If you
know ya, biasanya orang muncrat itu yaudah nyembur gitu aja, eh ini udah kaya
air terjun Niagara deresnya, haha. Hampir mati ketawa waktu itu, dan si
Waradita sekaligus Rara cuman bingung dengan apa yang aku ketawain. Melihat wajah
bingung mereka tambah bikin aku ngakak sejadinya. Cukup, perut udah diisi dan
saatnya pulang, buat packing besok harus pulang, ah sedih. Sesampainya di kamar
kost, kita bertiga membersihkan diri dan aku plus Waradita dengan berat hati
mem-pack barang-barang dan pergi tidur. Nah, sebelum tidur, kita lagi-lagi
ngakak gara-gara ulah Rara. Jadi begini ceritanya, entah Rara itu ngomong
apaan, trus aku bilang ke dia “trus gue harus bilang Wow gitu” nah dia jawab “ih,
Klise banget sih”, aku tiba-tiba iseng “oh klise tu bukannya yang nyanyi lagu
yang judulnya Kisah Sedih Di Hari Minggu itu yah?” trus tiba-tiba Rara jawab dengan
innocent “ Oh, Danii”, aku mikiir sejak kapan Ahmad Dhani nyanyi lagu Kisah
Sedih Di Hari Minggu?, aku nanya lah ke dia “Emang Dani siapa, Ra??” masih
dengan muka polosnya dia jawab “Dani Klise”. Sontak aku dan Waradita hening
sejenak dan dilanjut ngakak yang berkepanjangan, dan si empunya yang diketawain
itu masih juga gak sadar, oh God. Hari terakhir yang penuh tawa. Finally, tanggal
4 Januari 2013, terpaksa aku dan Waradita meninggalkan kota Jogjakarta dengan
travel Jogja – Ponorogo, dilanjut naek bus Jaya (lagi) yang berangkatnya kek
naek odong-odong, pulangnya berasa naek Roller Coaster dipadukan dengan naek
Kora-Kora di Sekaten, salah kita duduk di paling belakang, hujan badai, jalan
berliku tajam, supirnya ergh banget nyetirnya, PERFECT. Pukul 3 sore, I’m Home. :)
THE END
“dan aku, tak kan
melupakan setiap detik keindahan, pengalaman dan ukiran kenangan selama di
Jogjakarta” ~ Trenggalek, 08 Januari 2013 ~
Thanks to,
 |
| Image17 : Raraa |
 |
| Image18 : Waradita |
 |
| Image19 : Anggadesy |