Memang tak ada hubungannya denganku,
Senin, 29 Juni 2015
Disappointed!!
Memang tak ada hubungannya denganku,
Kamis, 04 Juni 2015
Cinta Terakhir
Aku lelah.
Jujur aku lelah sekali.
Menemukan, mengenal, memulai lagi, terhalang lagi dan berakhir lagi.
Aku hampir tak bisa lagi merasa degup jantungku berdebar.
Aku tak bisa lagi benar-benar dalam mencinta.
Tuhan tolong, aku menyerah.
Aku bahkan tak bisa mengenalnya, atau memang aku belum mengenalnya.
Rasa apa yang ada di dalam sini?
Aku seperti terbius katanya.
Aku seperti tersihir oleh ucapnya.
Siapa dia?
Setelah luka yang dia yang lain tinggalkan, dia muncul.
Mengucap, "aku merindukan genggaman tanganmu".
Aku tak menganggapnya.
Lalu kudengar dia mulai bercerita tentang masa lalunya, aku tak mengerti.
Sengaja, aku belum peduli.
Lalu kembali dia berbisik, "aku sayang kamu".
Tapi aku bisa apa, dia bahkan masih milik seseorang.
Aku masih tetap menginjak rem ku agar tidak termakan kata-katanya.
Waktu berlalu hingga kedekatanku menjauh, aku dekat dengan seseorang.
Kudengar dia cemburu, marah.
Dia mulai tak menyapaku.
Tak apa aku masih bisa mengendalikan perasaanku bahwa diapun masih dengan orang lain.
Kembali mendekat, entah apa yang ada dipikiranku, kacau.
"Aku berhasil memutuskannya", ucapnya.
Aku seperti sesuatu yang mulai pandai menghancurkan sesuatu.
Tapi juga rasa bebas karena terlepasnya dia darinya.
Entah memang aku sudah terlanjur mahir mengendalikan hatiku, saat itu datang aku tak merasa bahwa itu kemenangan atau apapun.
Rasa yang dulu sempat ingin memilikinya sudah tak lagi ada.
Dia mulai mendekat kembali, seperti tak pernah ada sesuatu yang terjadi.
Entah apa yang didalam otaknya.
Manis mulutnya, dan semua tindakannya membuat segalanya menjadi samar.
Aku bahkan dengan bodohnya seperti robotnya.
Apa ini yang dinamakan bodoh, atau aku sudah terlanjur tak bisa mengendalikan rasaku.
Bagian terburuknya adalah, aku mulai bisa berharap.
Oh itu buruuk sekali.
Aku semakin takut lebih mendekat.
Karena bukan aku saja yang diperlakukan seperti ini.
Ya, ada orang lain, yang lebih penting di hidupnya.
Orang di masa lalunya yang masih tertempel erat dalam hatinya.
Ah, ketika membicarakannya seperti menelan cuka, asam.
Bahkan aku berfikir, aku hanyalah di posisi apalah-apalah-zone.
Semua berawal dari sini,
Semua jenis kehilanganku berakhir disini.
Yang awalnya hilang oleh seseorang itu, hingga kembali lagi, lalu hilang seutuhnya saat ini.
Hilang sudah kepercayaanku pada siapapun.
Hilang pula harapan-harapanku pada siapapun.
Hilang sudah rasaku untuk siapapun.
Aku takut.
Aku ketakutan oleh semua kekecewaan.
Dan akhirnya tak bisa kurasa lagi, semuanya.
Tak kukenali lagi hati yang berada disini.
Tak pernah lagi berdetak kencang untuk seseorang.
Maafkan aku, aku tak bisa lagi berjuang.
Aku menyerah Tuhan.
Pasrah akan takdirmu, aku menyerah berjuang untuk hati.
Tapi aku pasti berjuang untuk hidup.
Aku lelah.
Menerima segalanya yang datang dan pergi seenaknya.
Bila rusuk yang kubawa ini milik seseorang yang masih disini, pertemukan aku dengan jalan terbaikMu.
Bila dia sudah Kau peluk dengan kasihMu, maka tetap peluklah dia hingga kita bertemu kelak.
Sudah cukup hancur untuk ditempa lagi oleh orang yang hanya mampir.
Sudah cukup aku lelah mendengar bualan yang tak terbukti.
Sudah cukup.
Dengan segala sisa-sisa sabar, aku menunggu cinta terakhir ku, yang mungkin akan datang karenaMu, atau datang karena keterpaksaan.
"Setidaknya dia seperti ayahku."
Yogyakarta, 8 Juni 2015.