Selasa, 11 Agustus 2015

Fall in Love

Jatuh cinta itu, dimana semua terlihat samar, yang jelas semua menjadi gila.
Jatuh cinta itu membutakan.

Kadang apa yang terlihat dari dirinya hanya sisi baiknya.

Akhirnya timbul istilah "percuma memberi saran apapun kepada seseorang yang jatuh cinta."

Kasmaran orang bilang.

Yah aku bilang juga begitu.

Seseorang yang terkena sindrom kasmaran ini kadang suka bego.

Dan hampir mirip sama orang sakit jiwa gejalanya.

Gak munafik sih, emang jatuh cinta itu rasanya kaya narkoba kok, bikin nagih bikin fly, bikin gabisa lepas.

Dipagerin kaya apapun hatinya kalo udah kepegang sama yang namanya cinta juga lumer.

Entah jarak, entah keadaan, entah masalah apapun hanya akan menjadi entahlah.

Mau gak jelas, mau ini mau itu rasanya yah bahagia aja.

Yaa akhirnya aku jatuh cinta, benar-benar jatuh sampe tenggelam.

Aku gatau, kenapa bisa.

Yang dari awal gamau yang namanya ldr, anti ldr, entah aku jatuh cinta dengan seseorang yang terpisah jarak.

Aku yang sudah gamau lagi sama "anak kecil", ini malah jatuh sama bocah.

Ah aku gatau, apa maunya hati.

Kenapa harus jatuh di dia.

Dibilang gila, iya aku gila.

Tergila-gila malah.

Bego?

Entahlah, semua orang pasti akan bego banget pas lagi jatuh cinta.

Nah masalahnya saat ini yah embohlah yaa ada aja masalahnya, tapi mungkin masih buta aja.

Kata temenku sih, sekarang ini, gausah dulu lah dipikir, kalo emang suka jalani, kalo memang nanti di jalan harus pisah yaudah, come on, people just come and go, harus terbiasa sama siklus itu.

Terus aku mikir, bener juga sih, siklusnya emang bakal kaya gitu terus sampe ujung waktu.

Even our parent, they just had given from God to us, then they'll go.

Masalah masa lalu, semua orang punya masa lalu.

Yang harusnya aku terima memang dia dengan segala masa lalu nya, dan begimana membuat masa depannya lebih baik.

Mungkin ini salah satu alasan Tuhan, mendewasakanku dan mendewasakannya.

Sakit memang nyatanya, tapi yaudah sih ya.

Nikmati selagi masih bisa merasa cinta,
Suatu ketika nanti terkadang kenyataan tidak bisa memihak cinta, yang ada hanyalah logika duniawi, yaitu yang dinamakan "keadaan".

Ya kalo keadaannya tidak memungkinkan, ya cinta kalah.

So, gausah ditahan bila jatuh cinta, rasakan saja, nikmati saja rasanya mengalir.

Tapi jangan lupa tentang kemungkinan luka akibat jatuh.

Dan nikmati, setiap rasa yang mengalir.

Untuk kamu 7+8=15, I love you.
Biar saja mengalir, sampai keadaan menghancurkan.

Sidoarjo, 11 Agustus 2015

Senin, 29 Juni 2015

Disappointed!!

Puasa hari ke 9 katanya.
Seharian dari selesei sahur lanjut sholat subuh aku tidur layaknya pingsan.
Terbangun mendengar suara adzan Dzuhur.
Tersentak langsung terbangun.
Sore hari menjelang berbuka puasa, pesan dari temanku masuk.
Aku langsung bersiap menuju ke peluncuran blog di salah satu perguruan tinggi Islam di Yogyakarta. Sepulang berbuka dan melepas canda tawa, kurebahkan badanku dan mulai menyalakan laptop seperti biasa.
Tak tahu ingin melakukan apa, mulai kubuka folder-folder entah apa.
Hingga aku membuka folder bersama keluargaku, dulu.
Tak terasa sudah lama sekali tak menghabiskan waktu bersama mereka.
Aku merindukan mereka.
Lalu pikiranku melayang, aku berfikir waktuku kini sudah bukan lagi milik mereka, aku sudah kehabisan waktu untuk mereka.
Lalu terfikir akan tawa mereka yang telah diambil oleh cucu semata wayangnya kini.
Aku seperti bukan lagi harta mereka, mata mereka sudah berbeda.
Tapi kulihat pula seperti ada sesuatu lain. Kupikir itu seperti pikiran dalam yang belum bisa kupahami.
Mungkin, aku sedikit bisa merasakan masalahnya.
Tapi itu mungkin.
Sebuah kekecewaan dalam, yang entah siapa yang salah.
Sesuatu yang sedikit membuatku murka, tidak, besar sekali.
Aku marah, dengan seorang anggota keluarga baru.
Kusebut dia, kakak ipar.
Ah, mengingatnya membuatku sakit, sumpah sakit.
Doaku, doa mereka, semoga jodohku tak seperti dia.
Seorang lelaki yang tak tahu diri, seorang lelaki yang tak tahu bagaimana bertanggung jawab.
Tak tahu bagaimana kuungkap rasa kecewaku.
Aku yang tak berhubungan secara langsung bisa semarah ini.
Apalagi ayahku, ibuku?
Terlebih ayahku.
Beliau dengan berat untuk melepas anak perempuan pertamanya.
Beliau yang berharap banyak padanya.
Beliau yang masih memikirkan kelangsungan hidup anak perempuannya yang telah dilepasnya.
Demi Tuhan aku tak terima,
Demi Tuhan, boleh aku marah, sekali saja.
Aku tak tega melihat ayahku begitu kecewa,
Rambutnya yang telah seluruhnya memutih.
Bukan waktunya lagi beliau merasa sakit.
Lelaki jenis apa yang tak pernah berfikir untuk mencari nafkah?
Lelaki macam apa yang tak pernah memberi nafkah istrinya, malah sebaliknya?
Lelaki macam apa yang tak punya tanggung jawab sama sekali?
BANGSAT!!
Memang tak ada hubungannya denganku,
Tapi membuat ayahku, ibuku kecewa, aku tak bisa tinggal diam.
Aku tak bisa menyalahkan siapapun, itu lelaki pilihan kakakku.
Tapi bisakah kau sedikit saja tak seperti anak kecil??
Kau sudah memiliki anak, kau lihat?
Tak berfikirkah jika anakmu akan terus tumbuh dan nantinya membutuhkan contoh.
Tak kau fikirkah, istrimu butuh nafkah, anakmu butuh biaya?
Pantaskah kau habiskan materi kakakku dengan tanpa usaha?
Tak bisakah kau bertanggung jawaab dengan apa yang diberikan ayahku padamu?
Sebenarnya bisakah kau berfikir?
Ayahku bukan bank, yang seenaknya kau keruk tanpa usaha.
Hingga ayahku menawarkan untuk mengurus sawah keluarga, kau bilang sanggup, tapi kau tak ada tanggung jawab untuk mengerjakannya.
Ah, Bangsat.
Kau main-main dengan kepercayaan ayahku.
Kau tahu puncak amarahku kapan?
Terakhir aku pulang disela libur uas, bertepatan dengan jatuhnya puasa pertama.
Ibuku bahkan mengutamakan masak makanan kesukaanmu semua.
Hingga dia lupa bahwa aku tak suka.
Dan kau njing, 15 menit sebelum buka puasa kau pulang kerumah orang tuamu, tanpa pamit.
Kau tahu aku tak makan di buka puasa hari pertama.
Asulah.
Setelah tahu aku dirumah, kau tak kembali hingga 3 hari berlalu.
Anjing.

Dulu, rumah itu adalah tempat aku pulang, apapun yang terjadi.
Sekarang, rumah itu berbeda.
Bukan lagi sarang yang aku harus pulang.
Rumah itu kini seperti saksi bisu akan tangis ayahku, tangis ibuku dan kebisuan rasa yang belum terungkap.
Aku tahu, ayahku tak sekuat apa yang terlihat.
Beliau paling lembut hatinya dibalik kerasnya wataknya.
Ibuku apalagi.
Sudah terlalu capek dengan kegiatannya sebagai istri dan sebagai ibu 3 anak, masih saja kau seenaknya.
Andai aku bisa, aku bahkan tak tahu apa yang harus kulakukan.
Mencoba pura-pura tak tahu tapi sakit.

Maaf, tapi aku KECEWA.


Yogyakarta, 26 Juni 2015


Kamis, 04 Juni 2015

Cinta Terakhir

Aku lelah.
Jujur aku lelah sekali.
Menemukan, mengenal, memulai lagi, terhalang lagi dan berakhir lagi.
Aku hampir tak bisa lagi merasa degup jantungku berdebar.
Aku tak bisa lagi benar-benar dalam mencinta.
Tuhan tolong, aku menyerah.

Aku bahkan tak bisa mengenalnya, atau memang aku belum mengenalnya.
Rasa apa yang ada di dalam sini?
Aku seperti terbius katanya.
Aku seperti tersihir oleh ucapnya.

Siapa dia?

Setelah luka yang dia yang lain tinggalkan, dia muncul.
Mengucap, "aku merindukan genggaman tanganmu".
Aku tak menganggapnya.
Lalu kudengar dia mulai bercerita tentang masa lalunya, aku tak mengerti.
Sengaja, aku belum peduli.
Lalu kembali dia berbisik, "aku sayang kamu".
Tapi aku bisa apa, dia bahkan masih milik seseorang.
Aku masih tetap menginjak rem ku agar tidak termakan kata-katanya.
Waktu berlalu hingga kedekatanku menjauh, aku dekat dengan seseorang.
Kudengar dia cemburu, marah.
Dia mulai tak menyapaku.
Tak apa aku masih bisa mengendalikan perasaanku bahwa diapun masih dengan orang lain.
Kembali mendekat, entah apa yang ada dipikiranku, kacau.

"Aku berhasil memutuskannya", ucapnya.
Aku seperti sesuatu yang mulai pandai menghancurkan sesuatu.
Tapi juga rasa bebas karena terlepasnya dia darinya.
Entah memang aku sudah terlanjur mahir mengendalikan hatiku, saat itu datang aku tak merasa bahwa itu kemenangan atau apapun.
Rasa yang dulu sempat ingin memilikinya sudah tak lagi ada.
Dia mulai mendekat kembali, seperti tak pernah ada sesuatu yang terjadi.
Entah apa yang didalam otaknya.
Manis mulutnya, dan semua tindakannya membuat segalanya menjadi samar.
Aku bahkan dengan bodohnya seperti robotnya.
Apa ini yang dinamakan bodoh, atau aku sudah terlanjur tak bisa mengendalikan rasaku.
Bagian terburuknya adalah, aku mulai bisa berharap.
Oh itu buruuk sekali.
Aku semakin takut lebih mendekat.
Karena bukan aku saja yang diperlakukan seperti ini.
Ya, ada orang lain, yang lebih penting di hidupnya.
Orang di masa lalunya yang masih tertempel erat dalam hatinya.
Ah, ketika membicarakannya seperti menelan cuka, asam.
Bahkan aku berfikir, aku hanyalah di posisi apalah-apalah-zone.

Semua berawal dari sini,
Semua jenis kehilanganku berakhir disini.
Yang awalnya hilang oleh seseorang itu, hingga kembali lagi, lalu hilang seutuhnya saat ini.
Hilang sudah kepercayaanku pada siapapun.
Hilang pula harapan-harapanku pada siapapun.
Hilang sudah rasaku untuk siapapun.
Aku takut.
Aku ketakutan oleh semua kekecewaan.
Dan akhirnya tak bisa kurasa lagi, semuanya.
Tak kukenali lagi hati yang berada disini.
Tak pernah lagi berdetak kencang untuk seseorang.
Maafkan aku, aku tak bisa lagi berjuang.
Aku menyerah Tuhan.
Pasrah akan takdirmu, aku menyerah berjuang untuk hati.
Tapi aku pasti berjuang untuk hidup.
Aku lelah.
Menerima segalanya yang datang dan pergi seenaknya.

Bila rusuk yang kubawa ini milik seseorang yang masih disini, pertemukan aku dengan jalan terbaikMu.
Bila dia sudah Kau peluk dengan kasihMu, maka tetap peluklah dia hingga kita bertemu kelak.
Sudah cukup hancur untuk ditempa lagi oleh orang yang hanya mampir.
Sudah cukup aku lelah mendengar bualan yang tak terbukti.
Sudah cukup.

Dengan segala sisa-sisa sabar, aku menunggu cinta terakhir ku, yang mungkin akan datang karenaMu, atau datang karena keterpaksaan.

"Setidaknya dia seperti ayahku."

Yogyakarta, 8 Juni 2015.

Sabtu, 09 Mei 2015

It's Work!

Haloooo Meiiii....
Not my month, my bestfriend month haha
Akhir-akhir ini aku merasa bahagiaaaa bangeet..
Entah karena ini mei atau karena aku mulai Moveee Onnn..
Yeiiyyy..
Finally...
Pekerjaan berat yang sudah kulalui selama dua tahuuun, iyaa dua tahuuun..
Mungkin orang akan bilang, goblok banget sih gabisa move on kok lama amat..
Hellloooo,
Biar ane jelasiin,
Kalo kamu orang melankolis kamu akan tahu rasanya jadi orang yang beneran sayang..
Nyesel nggak nyesel siih jadi orang lemah macam melankolis, yang dikit-dikit pake perasaan..
Kalo udah berasa akan nancep kaya akar jadi nyabutnya pun susaah..
Setelah sekian 20 tahun hidup kok ya baru tahun ini aku bisa ngenalin diri sendiri.
Bah..
Balik lagi ke move on, hehe
Susah mau nulis apa kalo bahagia gini..
Dulu ada yang bilang kalo biar bisa move on harus ada orang lain yang bisa gantiin dia,
Tapi ah nggak berlaku buat aku.
Justru ketika aku deket sama orang lain, aku bakal banding-bandingin dia sama sebelumnya dan jatohnyaa inget lagi..
Dan kaloo kata aku, move on itu dari tekad aja sih, dari hati dan kemauan masing-masing ajaa.
Berani keras sama hati sendiri, gak menye menye kaya tahun-tahun sebelumnya.
Karena tahun ini aku bilang harus maka aku berusaha, aaaaand It's work guys..
Bahagianya gue, hidup ringan lagiii..
Pas di bully soal mantan, udah masa bodo laah.
Tuhan tahu siapa yang berusaha dan Tuhan tahu siapa yang akan dapat cerminan perbuatannya.
Gue mati-matian sayang, dianya cuman mainan, ya liat aja nanti siapa yang bakal dimainin.
Doa gue sih tetep yang terbaik, karna aku masih sayang, sayang yang biasa aja.
Udah ga ada benci apalagi dendam-dendam an, buat apa?
Makasih Ra, udah menggantung di benak selama kita awal kenal Oktober 2012,
Jadi bagian "hatimu" Desember 2012.
Berakhir maret (maybe) 2013.
Dan menggantung menghantui hingga awal tahun 2015.
Terimakasih udah mau lepas, melepaskan diri atau apalah namanya.
Now, I'm freeeee...
Hidup menjadi diri sendiri, hidup seperti yang aku mau..
Hahaa.
Habis ini gue gila saking bahagia nya.

Lembar baru, Mei 2015 :):):)

Senin, 20 April 2015

Ketika Rindu Datang

Suatu teori ketika rindu datang menyerang, yang bisa kau lakukan adalah menemuinya.
Tapi bagaimana bila itu tak bisa?
Bagaimana bila ternyata ada ketidakmungkinan yang menghalangi?
Dan bagaimana membuang rindu yang terkadang menumpuk?

Pertanyaan demi pertanyaan, dan pernyataan-pernyataan muncul menyimpulkan atas tanya.
Kadang pula tak mampu kujawab maupun kuanalisis.
Kau, ketidakmungkinan kutemui bila aku merindukanmu, Ra.
Entahlah, kupikir rasa itu telah menguap.
Tapi terkadang rindunya masih sering datang menyakitkan.
Kau satu-satunya manusia yang tak bisa kuanailisis.
Tak bisa ku logika dengan berbagai teori.
Atau bisa saja mungkin perasaanku yang tak berteori.
Masih tak kumengerti, dalam dua tahun setelah tak bersama, 
dengan intensitas ketemu hanya dua kali,
kenapa bisa aku masih merindukan seperti kau masih milikku?
Sampai aku tak mampu membawa rindu,
sampai aku harus bersimpuh memohon kepada Tuhan untuk menghilangkan ini.
Tapi Tuhan tak pernah mengabulkannya.
Masih belum bisa kujawab kenapa Tuhan masih membiarkannya.

Orang bilang, "temui saja.."
Tak akan.
Tak semudah itu menemuinya.
Dia bukan manusia seperti manusia sebelumnya.
Mereka bilang lagi, "yasudah kalo begitu hubungi saja.."
Ah apalagi itu, males.
Hingga terkadang aku harus meng'introgasi' orang-orang yang kupikir seperti dia.
Bertanya tentang bagaimana, tentang kemungkinan-kemungkinan yang ada dipikirannya.
Bodohnya aku melakukan pekerjaan tak penting seperti itu.
Disitulah kadang saya merasa menyesal menjadi seorang "Melankolis"

Rindu yang datang tiba-tiba dan bertubi-tubi serta intensitas sering itu membuatku harus tegas.
Yah walopun mungkin tetap saja kalah sama hati.
Ada hal-hal yang biasanya kulakukan ketika mereka datang.
Pertama, menulis tentangmu atau menulis tentang apa yang kupikirkan saat itu hingga aku lupa apa yang sedang kurasa.
Kedua, kadang aku hanya mengingat kenangan yang "ehm" dan akhirnya ketiduran.
Ketiga, mungkin aku mengingat hal-hal buruk atau keburuk-keburukanmu, atau juga kenangan buruk, sama mbak yang satu itu misalnya.
Keempat, untuk melenyapkan rindu ini dengan stalker sampai bosan, lalu sedikit emosi, selanjutnya berfikir positif tentang "kemenangan".
Kelima, mungkin yang kelima ini alternatif terakhir dengan tidur saja lah, atau nge-game sampai ketiduran.
Itulah yang aku lakukan ketika rindu kepadamu tiba-tiba datang.
Untuk keberhasilan, yaa kurasa sangat cukup berhasil, hanya mungkin waktu-waktunya aja yang berbeda.
Bisa dalam waktu 15 menit sudah hilang ada yang sampai tiga hari.
Astaga, kupikir ini adalah penyakit.
Iya, ini virus baru tubuh manusia, Sality Virus on human's heart.
Virus komputer yang ketika sudah dihapus akan muncul lagi suatu ketika dan tak bisa diakses lagi ketika muncul kembali, hanya bisa dihapus tapi nanti balik lagi. 
HUFT...

Kupikir memang sudah tak ada lagi jalan untuk hanya "berteman" denganmu Ra, 
Karena apa yang sudah terinjak hancur takkan bisa kembali lagi sempurna.
Sudah tak lagi aku berharap walau hanya berkata "hai" atau sekedar bertanya "apa kabar?"
Sudah tak ada lagi dirimu.
Tak ada lagi senyum itu, suara itu, dan sentuhmu.
Yang bisa kulihat hanya gambar tak bergerak ketika kau mengganti Display Picture mu.
Atau sekedar lewat pada timeline instagram.
Hanya akan sebatas itu.

But, I thought that my 2015's resolution is work!
Sudah tak ada lagi getaran aneh ketika aku nge-chat kamu dulu.
Sudah tak lagi salting ketika kau balas.
Yah memang rasanya sudah menguap.
Dua tahun sudah cukup lama membuangnya.
Hanya rindu, yang terkadang datang menyesakkan.


20 April 2015
Diatas rindu ini, mari kita berpestaa....

Sabtu, 28 Maret 2015

Milik Mereka yang Kita Inginkan

Dimulai dari :

"Enak ya dia sebulan uang sakunya 50jt."

atau,
"Enak banget sih orang tuanya care banget gitu..."

atau lagi,
"Duuuh, kok dia bisa cantik, trus pacarnya banyak enak banget ya?.."

atau atau lagi,
"Enak ya dia bisa hidup sesuka hatinya tanpa mikir aturan agama"

dan atau atau lagi, 
"Enak banget dia punya ini, punya itu, punya bla bla blaa.."

Terkadang manusia itu suka nggak bersyukur.
Jangankan manusia, aku saja seperti itu.
Sering sekali aku berfikir tentang mereka, 
mudah sekali mereka punya uang setiap saat, 
dipuja setiap tempat, punya sesuatu yang aku tak bisa.
Sering pula aku harus menyalahkan diri sendiri, 
Kadang mengeluhkan apa yang tidak bisa kumiliki.
Kadang juga menginginkan hidup orang lain.
Tanpa pernah melihat apa yang sudah kumiliki.
Sampai suatu ketika aku harus bertanya :

"Mengapa bersyukur begitu sulitnya?"

Mungkin itu kenapa bapakku sering sekali membentak ketika aku mulai tergiur hidup orang lain.
Jangankan belajar bersyukur, bisa melihat kelebihanku saja susah.

Tapi aku berfikir, kalau tetap saja aku tergoda hidup orang lain ,
Kapan aku bisa menikmati apa yang kupunya?
Lalu kumulai untuk menyadari kelebihanku.
Kemudian belajar untuk tidak selalu mendongak keatas sebagai perbandingan.
Takkan pernah habis bila apa yang kita inginkan semakin melihat ketinggian.
Kata klise sekali, dimana diatas langit masih ada langit lagi.
Hidup mereka yang kadang sangat kuinginkan, memiliki segalanya, atau hanya sekedar perhatian.
Iri yang semakin mengembang yang membuat satu-persatu temanku hilang.
Karena aku menginginkan hidup mereka dan tak mendapatkannya, akhirnya aku menjauhinya.
duh, sifat pengecut yang kapan mau berubahnya.

Nggak mudah merubah tapi harus.
Tak ada habisnya glamouritas dunia ini menggoda.
Dan yang ku"iri"kan hanyalah duniawi.
Mulai aku berfikir untuk menginginkan hidup seorang pengejar akhirat.
Yang sering terjadi ketika aku menginginkan hidup seseorang, dia pun ternyata menginginkan hidup yang kujalani.
Itulah yang kadang membuatku berfikir tentang bersyukur.
Tak ada orang lain yang bisa menempati posisi hidupku yang seperti ini.
Setiap manusia sudah memiliki kadar hidup dan kekuatannya sendiri.
Jadi, tak perlu meng"iri"kan hidup orang lain.
Bila ingin, berusahalah, bila tak tercapai berarti kadar garis yang diberikan Tuhan hanya sebatas itu.


Dan pas banget aku nulis ini sambil wancak an nemu ini :



Semoga bisa ku aplikasikan pada hidupku dengan melihat lagi perbandingan bahwa dimana ada kelebihan pasti ada kekurangan.
Semoga pikiran positif yang mulai kutanam ini akan tumbuh dengan baik.

"Hei big problems, I've the Biggest God to beat you.."

-R-


Sabtu, 07 Maret 2015

All About Fear

Akhir-akhir ini aku mulai dihantui oleh kata-kata "MASA DEPAN"
ya, masa dimana kita tidak tahu akan bagaimana, akan menjadi apa, dan apa yang terjadi?
Timbullah banyak pertanyaan-pertanyaan besar tentang masa depan.
Dulu ketika hidup masih tertata, masih dalam cakupan rencana belum terpikir bahwa masa depan se misteri ini.
Target-target disusun sedemikian rapi, tanpa tahu bahwa kita tidak tahu apa yang terjadi besok.
Terkadang aku harus berdebat dengan temanku masalah target.
Ia sangat meyakini bahwa target itu penting untuk meraih masa depan.
Aku melogika itu benar, tapi bagaimana jika target yang telah diimpikan tinggi ternyata tak terealisasi?
Banyak contoh rencana, target atau susunan akan hancur ketika masanya tiba.
Misal saja waktu duduk di bangku SMA kita merencanakan lulus SMA kira-kira umur 18 tahun, kuliah 4 tahun, umur 22 tahun bekerja, lalu umur 24 tahun menikah.
Nah, sesederhana itu saja setelah menginjak umur 20 tahun, ia baru menyadari akan kemungkinan kegagalan rencananya.
Lalu aku mulai berfikir tentang kepasrahan akan masa depan yang nantinya akan menjadikanku seperti apa.
Tapi seseorang menyadarkanku akan satu hal, takdir.
Dalam teorinya takdir dibagi menjadi 2 bagian, yaitu takdir mutlak dan takdir yang bisa dirubah.
Ia menjelaskan tentang bagaimana jika aku berusaha dengan takdir yang bisa dirubah tersebut.
Dan yang terjadi adalah aku hanya berfikir dan terus berfikir tanpa realisasi.
Pertanyaan besarnya disini, mulai dari mana aku harus memulai memperbaiki?
Agar nantinya takdirku bisa berubah.
Kembali aku hanya berfikir.
Terkadang aku hanya memasrahkan diriku kepada Sang Segalanya.
Dia lah penyusun rencana terbaik.

Pertanyaan besar kedua adalah tentang jodoh.
Misteri yang kini belum bisa aku logika.
Belajar dari beberapa kasus, hingga mereka menyebutku sebagai Miss Teori.
Yah, aku memang seseorang yang teori 99,9 dan praktek 0,1.
Riset percintaan seperti apa aku ngerti, tapi menjalani kisahku sendiri, buyar semua.
Inilah yang menjadi salah satu ketakutan besar tentang masa depanku.
Masalah ini nantinya bukan hanya masalah aku dan dia, tapi juga kami dan mereka.
Aku sudah tidak lagi menggalaukan apa yang sudah lewat, tapi apa yang akan terjadi di depan.
Aku sudah tidak peduli dengan dengan dunia ituu.
Yang kupelajari sekarang hanya logika dan perasaan akan menyusul kemudian.
Sudah cukup akan kepercayaanku pada rasa, yang akhirnya membuatku terlihat lemah.
Sebab siapa yang telah membuatnya mati, aku tak tahu.
Mungkin aku sendiri yang sudah mematikan rasaku sendiri.
Dan aku mulai takut tak bisa membukanya kembali.
Aku takut nanti akan menjadi salah.
Seperti yang sudah dilalui oleh salah satu anggota keluargaku.
Kini yang menjadi prioritas bukan lagi kriteria dari aku tapi kriteria keluarga.
Beban kesalahan dari pendahuluku, menjadi beban untuk kesempurnaan dimata keluargaku.
Kini yang ada diotakku hanyalah takut salah.
Ketakutan yang semakin membesar yang ujungnya aku akan takut untuk memilih.
Dan bisa jadi ketakutanku hanyalah akan menjadi kabut yang bisa saja membuatku tersesat.
Lagi-lagi hanya kepasrahan yang menjadi keteguhan ku.
Tuhan lah yang Maha membolak balikkan hati.
Dia lahh yang telah menciptakan manusia berpasangan.
Yang bisa kulakukan hanyalah berdoa, berusaha, yah setidaknya itu saran terbanyak dari orang-orang.
Haha.
Ternyata hidup tak sebercanda itu.

Kemarin saudara kembarku bertanya padaku, "aku bingung dengan orang yang hidupnya cuma seneng-seneng doang. Apa iya mereka nggak mikir buat tobat?"
Lalu aku jawab, "Mungkin mereka mikir hidup didunia itu cuma sekali, jadi mereka harus menikmati hidup yang hanya sekali ini, pernah denger soal slogan YOLO? You Only Life Once, itu mungkin yang membuat mereka tidak ambil pusing soal hidup."

Sementara segini dulu lah curhatanku soal ketakutanku, kegalauanku kali ini, nanti kalo ada ide ditambahin deh.
Bye bye..

Senin, 09 Februari 2015

Tai Ayam

Seperti tai ayam yang menempel pada sepatu, mungkin dia tak terasa tapi baunya menyebar.
Seperti itu pula masa lalu burukku terus saja menempel.
Dan semakin aku lari, tai ayam itu semakin menempel serta semakin menyebar lalu kering di telapaknya.
Semakin kesini orang lain juga akan mencium baunya.
Cerita ini tentang aku dan dunia tai ayam.
Dimana pernah kupijak satu dunia yang begitu memasuki pintunya saja sudah membuatnya tertarik.
Dulu, tainya terlihat seperti ladang coklat yang dihujani ribuan gandum.
Ekspektasi eksperimenku berubah total ketika aku mulai tergoda akan kenikmatannya.
Tak bisa kuhindari, rasaku seperti menemukan jalan, tanyaku telah menemukan jawaban.
Bencana besar pun mengiringi dengan alunan gunjingan dari mulut sampah mereka.
Namanya kaum minoritas akan selalu salah di mata mayoritas.
Tak peduli akan mereka, karena kutahu mereka tak berada pada posisiku.
Rasaku berbeda.
Kadang aku tak mengerti rencana Tuhan yang tak jarang membuat jalanku harus berbelok tajam lalu kembali, berbelok lagii dan begitu seterusnya.
Hingga aku menganggap jalan yang sudah kutempuh itulah yang benar.
Dunia itu pula telah merangkulku lebih dalam, menawarkan surga dengan retakan menuju neraka.
Indah pada ruang pertama, lalu akhirnya tersandung pula pada bara.
Kisah itu sama saja, tak ada beda.
Hingga akhirnya sampai pada titik jera.
Mana benar mana salahpun aku seperti enggan, tak mau lagi.
Dunia telah menghukum perasaanku.
Ketika aku mencoba berjalan meninggalkan si dunia tai ayam ini, seperti yang kubilang baunya masih saja tersisa.
Ya, bau itu yang membuatku hanya ingin kembali dan kembali.
Akhirnya yang dulu kuanggap saudara harus kubuang jauh.
Dari yang dulu setiap kota seperti ada relasi dan sekarang tinggal benar-benar puing yang kusisakan.
Kutinggalkan jalan berbelok dan tetapi aku masih berdiri tak bergeming.
Takut melangkah ke depan, dan ogah tertarik mundur kembali.
Posisiku sekarang seperti butiran dandelion yang terbang pasrah kemana takdir angin menjatuhkannya pada tanah yang disiapkan Tuhan.
Dan aku akan sekuat dandelion yang nantinya akan tumbuh cantik.
Aku akan memiliki semangat dandelion yang yakin bahwa ia tidak akan hilang atau mati sebelum bertemu tanah.
Aku pernah hitam, tapi bukan berarti aku tak bisa abu-abu, yang tak kubisa adalah menjadi putih.
Mungkin, saat ini aku masih bau tai, tapi hargailah usahaku sudah membuang tai nya, dan walau aku belum bisa mencucinya hingga bersih.
Dan aku harus berterimakasih banyak pada manusia-manusia tai ayam, yang hangatnya masih tersisa, baunya masih kadang tercium dan masih ada pula yang sedikit menempel.
Aku tak bangga akan kenikmatan dunia tai ayam.
Akupun tak pernah menyesal pernah menginjaknya.
Karena aku yakin, aku percaya, Tuhan adalah dalang terbaik kehidupan.
Sebau apapun tai ayam, ia tetap saja memiliki pengaruh besar.
L, Y, A, R you're my ex chicken's poop 

Sabtu, 24 Januari 2015

Happy Birthday Ex

Semakin kesini aku semakin tak takut bila orang lain tahu siapa aku, macam manusia apa aku ini.
Ya, aku tipe manusia yang sering diperbudak oleh rasa.
Demi rasa aku rela mengingkari takdir, keluar dari aturan Tuhan.
Pendosa macam aku hanya bisa menyalahkan keadaan dan rasa yang terlanjur salah.
Sudahlah, aku tak ingin membahas itu.
Di hari ini, tepat di tanggal yang kusuka dan jatuh di bulan januari ini, seseorang yang yah bisa saja disebut mantan, berulang tahun.

Happy birthday to you, ex.

Doa terbaik di hari ini kulimpahkan kepadamu, walau di setiap hari doa baik selalu menyertaimu.
Aku merindukanmu, tapi aku mah apa, cuma pecintamu yang sudah usang.
Difikirmu saja tak mungkin lagi ada.
Tak apa, memang ini pilihanku.
Tak ingin mengganggu hidupmu, itulah ego yang selalu kugenggam erat.
Tak kan pernah aku mengemis bersamamu, temuimu atau apapun.
Sudah cukup aku mencoba memperbaiki, mencoba mengajakmu bertemu.
Dan yang kulakukan adalah dengan kutulis pelan namamu, kisah kita, lalu aku lupa sejenak, ketika muncul lagi kutulis lagi dan aku lupa kembali.
Begitu terus hingga entah kapan rasa ini hilang.
Teringat 8 November 2012, kuasa Tuhan yang mempertemukan kita melalui jalanNya, aku mengenalmu.
Kita sama-sama masih terluka, hari demi hari rasamu lebih cepat menyukaiku, sedang aku masih terkait masa lalu,
Itulah mengapa, rasamu juga lebih cepat pergi, daripada rasaku yang malah semakin menjadi.
20 Desember 2012, tanggal yang cantik memulai komitmen denganmu, seperti dirimu yang tetap cantik dalam rasaku.
Komitmen yang kupikir akan cantik pula akhirnya.
Aku takkan menceritakan bagaimana kita bertemu pertama kali, biarlah angin yang menceritakannya ketika rindu kembali menyapaku.
Setelah pulang dari pkl-mu untuk pertama kali, kusambangi rumah mantan calon mertua katanya, haha, bersua dengan keluargamu, tak bisa kuluapkan antara bahagia dan grogi.
Yah, walau nyatanya kau berkhianat sebelum malam itu.
Tapi sudahlah bukan urusanku lagi marah kembali, kesal kembali.
Aku memaafkanmu, tak pernah sekalipun bisa aku marah selarut itu.
Bahkan aku harus menerima pengakuanmu, aku menghapus air matamu dan berkata bahwa masa laluku lebih kelam dari padamu.
Aku menerima apapun kurangmu.
Tapi mungkin rasamu yang perlahan pudar, dan memang kau hanya berlari dari lukamu sehingga rasamu begitu saja menguap.
Malam sebelum hari pernikahan kakakku, masih kuingat perdebatan tentang keinginanmu dan kuhargai bila memang kau ingin berjalan pada keputusanmu.
Nyatanya, dari pengakuanmu sendiri kau malah mengkhianati perkataanmu yang dengan sakit kuterima.
Tak pernahkah kau memposisikan dirimu.
Sakitnya masih saja kuingat, kututupi dengan kebodohanku yang masih saja menatapmu.
Satu, dua orang datang, kucoba melangkah, tapi tak pernah lama dan jatuh lagi.
Mungkin kau muak dengan semua tulisan tak penting ini, tapi hanya ini yang kubisa.
Ogah sekali aku harus menemuimu, menceritakan kisah bodohku.
Kupikir kau hanya akan tertawa lebar, merasa menang mengancurkanku.
Kaupikir aku tak muak dengan lukaku, dengan pelajaran yang kau tinggal?
Aku cukup belajar, dan kini engganku memulai, aku takut jatuh lagi, aku takut mencinta.
Pengecut memang, tapi tak bisa juga kupaksa rasa berubah begitu saja.
Semakin kupaksa akan semakin robek hasilnya.

I'm sorry, ex. I'm telling ya my sad story too much.
Wish you blessed everysecond.
Once again, I'll say, Happy Birthday to you.
I love you till don't know when.


Kamis, 01 Januari 2015

Assalamualaikum 2015

Selamat pagi 2015, pagi yang cerah untuk mengawali tahun baru ini, semoga tahun ini tetap cerah seperti awal tahun ini.
Banyak sekali ingatan yang terputar saat pergantian tahun terjadi semalam.
Mungkin karena aku pernah memiliki tahun baru terbaik sebelumnya.
Aku tak akan membahas tentang kegalauanku, kekosonganku pada tahun lalu.
Harapan besar yang ingin kucapai pada tahun ini adalah perubahan hati.
Bergeraklah hati, bergeraklah untuk tidak merasakannya lagii.
Dan aku berharap aku bisa mengatakannya padamu, ra.
Aku ingin mengatakan, tolong jangan bermain dengan hati lagi, ini bukan soal denganku tapi dengan orang lain. 
Jika dari awal kau tak yakin dengan rasamu, atau hanya sebagai pelarianmu, lebih baik kau tak memulainya. 
Aku tahu waktu itu kau ragu dan aku tahu kau masih belum bisa lepas dari masa lalumu itu. 
Dan aku yang terlanjur percaya akan mulut manismu, kuakui aku yang bodoh. 
Aku berharap tidak ada lagi orang bodoh yang kau kasihani berharap memilikimu dan kau meng-iya-kan. 
Jangan lagi keluar masuk dengan seenakmu dari hati orang lain. 
Datang dan pergi dengan segudang janji manis. 
Lalu ketika kau bosan, kau tak mengingat bahkan secuilpun. 
Bahkan ketika kutahu kamu bilang, "kamu tahu khan ketika aku sudah sakit hati, aku takkan mengingat apapun lagi." Haha, beruntunglah kau dianugerahi hati yang segampang itu.
Sudah cukup aku mengatakannya.
Tak ada lagi kata yang ingin kuucap dan kutulis lagi selain aku merindumu, dan bila ditanya, aku masih sayang akan kenangan "kita".
Sekali lagi selamat datang tahun yang baru, harapanku padamu sungguh amat besar.
Aku membutuhkan perubahan, aku membutuhkan seseorang baru dan aku membutuhkan pergerakan.
Dua tahun lalu memang tahun baru terindah selama 20 tahun jantungku berdetak, tapi bukan berarti aku harus tertancap pada tahun itu.
Assalamualaikum 2015, Allah senantiasa ada di dekat kita.