Kata Chairil Anwar, Aku adalah binatang jalang, dari kumpulan yang terbuang.
Yah aku adalah manusia.
Diciptakan dari tanah liat, berakhir pula ke tanah.
Kau tahu tanah itu kotor, hina dan terinjak.
Seperti manusia.
Sebuah pernyataan dari Tuhan dimana manusia tempatnya salah, segala khilaf.
Tak ada manusia yang sempurna.
Itu teorinya.
Benar memang, tak ada satupun manusia sempurna,
sekalipun Nabi Muhammad SAW, rasul terakhir.
Lalu buat apa kamu sombong?
Aku hanyalah secuil buih di samudera.
Tak terlihat.
Aku, setiap detik bergumul dosa.
Aku pula bersimpuh serendah-rendahnya memohon ampunan.
Aku bisa hancur kapanpun Tuhan mau.
Aku memiliki kesehatan jiwa yang tak baik.
Aku bukan aku yang bersama kalian.
Aku seorang perempuan.
Aku yang pernah tersesat.
Aku yang sedang tersesat.
Aku hanya seorang manusia.
Aku yang sempat mencintai ciptaan daripada Penciptanya.
Aku yang sempat menghamba kepada perempuan.
Aku yang selalu kalah oleh nafsu.
Aku yang sempat mensegalakan perasaan daripada akal.
Aku yang pernah menghujat Tuhan.
Aku.
Sekarang siapa aku?
Betapa kecilnya aku kini?
Betapa tak berharganya nyawaku?
Betapa busuknya otakku?
Kukira aku berada dalam sisi tergelap.
Kukira aku tak pernah punya kesempatan.
Kukira kehilangan adalah akhir.
Kukira aku hanya akan menjadi hamba nafsu.
Lalu,
Aku bertemu dengan orang-orang yang merubahku.
Aku belajar dari orang-orang yang menamparku.
Aku bertahan dari orang-orang yang meninggalkanku.
Siapa aku?
Aku yang sekarang adalah hasil pahatan dari masa lalu.
Pahatan yang alami dari Bapak Ibu ku.
Lalu terpahat oleh orang-orang masa kecilku.
Mulai terbentuk terpahat oleh masa remaja, dengan pengalaman.
Tertempa oleh orang-orang yang sempat berharga.
Terobek, terjahit sendiri.
Terluka, sebagian sembuh sebagian masih perih.
Namun itulah kehidupan.
Dan itulah bagaimana aku terbentuk seperti saat ini.
Dengan sedikit jiwa yang sakit.
Aku tetap berjalan menuju ujung jalan.
Terimakasih Tuhan, atas segalanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar