Minggu, 23 Desember 2012

Waste

Sebelumnya aku ucapkan "Selamat Hari Ibu" di tahun 2012 ini :)
Thanks mom for everything, because you're our everything :')
Family 
















Kali ini gue berfikir tentang sebuah rahasia cinta yang gak gue ngerti. Kata orang cinta itu dimana dua orang manusia yang memiliki rasa buat saling memiliki, memberi, berbagi dan menerima satu sama lain.
Benarkah??
Tiba-tiba hatiku lebur, setiap kali melihat kedua orang tuaku saling cela, ketika mereka saling beradu mulut mempertahankan betapa kuatnya argumen masing-masing. Tak bisakah salah satu mengalah?
Hanya persoalan kecil, persoalan yang anak seusia 10 tahun saja tahu harus bagaimana, tapi kenapa kalian tak pernah sadar?
Setelah itu memang berhenti, ya kalian berhenti berdebat, saling diam dan kemudian saling menjauh. Itukah cinta yang kalian ajarkan pada anak-anak kalian? Itukah cara manusia menyelesaikan masalah?
Kemana komitmen kalian yang kalian ikrarkan dulu? Kemana kata maav, kata sayang yang dulu kalian banggakan?? Kemana semua itu?
Hatiku seakan terluka entah kenapa, aku tak mengerti.
Perih. Inikah keluargaku?
Seperti inikah yang kubanggakan selama ini? Inikah yang menjadikan aku kuat?
Kalian, benar-benar mengenaskan.
Kau tahu ketika ayah mulai membicarakan setiap detail keburukan ibu dan begitu juga sebaliknya, kau tahu apa yang kurasa?? Aku menahan amarah, sakit dan sedih dalam diam. Bagaimana rasanya? Seperti menahan puluhan tablet paling pahit sekaligus di dalam pangkal tenggorokan, membiarkannya meleleh dan sebagian tertelan utuh.
Aku pernah bermimpi suatu saat ingin memiliki seorang pendamping yang seperti ayahku, serta menjadi seorang istri seperti ibuku. Mimpi tinggallah mimpi, semua gelap dan aku harus bangun menghadapi nyata.
Akankah aku kuat Tuhan? Ketika semua batu masalah ini harus kubawa dan yang lain hanya bisa terdiam tanpa menyadari bahwa aku sudah lelah.
Kau tahu? Ini seperti buah yang dari luar kulitnya bersih,tak terlihat cacat sedikitpun,namun ketika kulitnya terkelupas dalamnya membusuk, rusak dan dimakan ulat. Aku hanya bisa kecewa, aku hanya terdiam tak berdaya ketika satu persatu ulat ulat bangsat itu mulai menggerogoti utuhnya daging buah yang harusnya berasa manis.
Apakah aku terlalu acuh selama ini hingga tak merasa bahwa buah yang selama ini kulihat tak cacat ternyata perlahan membusuk?
Iyaa, aku terlalu tenggelam dengan duniaku hingga tak menyadari bahwa tiang yang selama ini mendorongku tuk tegak mulai merapuh. Satu persatu membuat jalan jalan sendiri yang pada awalnya adalah komitmen satu jalan tuk masa depan bersama. Aku tak tahu, virus egoistisme yang pelan pelan menjangkit dan tumbuh subur di mindset yang menjadikan keluarga ini pecah dan rapuh.
Bayangkan, jika lima buah tiang diharuskan menopang satu tembok raksasa dan hanya satu yang dengan kuat menyanggupinya sedangkan yang lainnya hanya bertumpu. Akankah satu tiang tersebut kuat menopangnya sendiri? Aku rasa jawabannya tidak. Kamu tahu siapa satu tiang tersebut? Dialah orang yang kusebut Ayah, yang dulunya adaah seseorang yang memiliki hati sekeras batu dan kini tlah melunak entah karena apa. Ayah yang dulu mampu melayangkan gagang sapu ke tubuh kecilku, Ayah yang dulu sanggup mematahkan kemooceng dengan memukulkan ke pahaku, dan Ayah yang sanggup berkata tidak jika aku salah. Kemana semua itu? Tapi perubahan itu bukan malah menjadikan tiang ini kuat, tapi ikut melunak karenanya, entah aku kecewa. Dan seharusnya tiang yang kedua ini, ibuku, menguatkan tiang utama menopang tembok tersebut, tapi yang aku lihat justru sebaliknya, dibalik senyum tawa mereka yang hanya muncul palsu demi buah hatinya ikut tersenyum. Aku tahu Tuhan mereka berusaha mengangkat tembok itutanpa terlihat cacat, tapi apa gunanya bila itu rapuh? Bukankah sama saja? Terkadang aku berfikir untuk lari, menghilang dari mereka, tapi semakin aku berlari bukankah akan semakin terlihat tiang itu lemah?? Satu persatu tanda tanya melayang masuk memenuhi rongga ruang fikirku. Apa yang terjadi dengan KELUARGAku?
Tuhan tahu aku salah, Tuhan harusnya aku kuat, dan Tuhan harusnya aku tahu.
Ayah, kau tahu, kau kubanggakan selama ini, kau kukagumi sampai kapanpun, tapi mengertilah sikapmu akhir akhir ini membuatku semakin tak mengenal dirimu, aku tak tahu kemana ayahku yang dulu tegas, yang dulu keras hati dan ngajari setiap benar salah dalam hidup. Kembalilah ayah, kembalilah menjadi ayah hebatku :)
Ibu, kau segalanya, kasihmu tak terputus bahkan tak terganti, kau harusnya mengerti  bahwa ayah adalah suamimu, dan salah benar ibu nurut sama ayah, selama ayah tak mengajarkan sesat diluar agama. Aku selalu ingin sepertimu ibu, menjadi kuat dan berpura pura kuat, menangis diam nahan sakit sendiri. Tetaplah menjadi super mom ku ({})
Ingatlah kalian, bagaimana cinta mempertemukan kalian, bagaimana perjuangan kalian mempertahankan cinta, dan bagaimana kalian mengikrarkan janji suci bersama menjaga komitmen, bukan egois kek gini. Aku hanya bisa berdoa untuk kalian, karena hanya itu yang bisa kulakukan saat ini.
I Love You Mom, Dad, My Sister and My Brother, always forever :))

Minggu, 02 Desember 2012

Desember

Desembeerr :)
Bulan terakhir dalam satu tahun, akhirnya sampai juga dipenghujung tahun 2012, semoga isu kiamat 2012 itu memang hanya isu belaka. Amiin
Awal Desember, hmm, semoga menjadi awal yang tidak buruk untuk memulai. Aku ingat pertama kali aku berkomitmen dengan "seseorang" pada bulan Desember. Berkenalan dengannya seminggu setelah hari ulang tahunnya, sedikit tidak nyaman awalnya. Menurutku "agresif", dan entah aku biasa saja, keadaan kita, dia tinggal di Padang dan aku di Bali, haha. LDR yang spektakuler. Berawal aku hanya "iseng" dan "maen-maen" sih *upst but aku menyukainya, finally. It's just "LIKE" not "LOVE". Mengingatnya membuatku ingin tertawa, ciyus deh. Bodoh apa polos aku saat itu?? Dan itu setahun yang lalu.

Gambar 1 : Remembering Past 

Sebelumnya, aku bersama dia, my first love *ceileeh* bukan pacar pertama :D
Tapi memang tak  pernah ada kata komitmen, kalo sekarang sih mungkin namanya HTS (Hubungan Tanpa Suami *Status*) haha. Jika mengingatnya, aku harus menerawang jauh sekali dan menepis kembali beberapa luka dan itu sedikit menyakitkan. Baiklah, life must go on, biarlah kenangan tersimpan rapi ditempatnya, lebih lebih jangan terlalu sering dibuka, indikasinya bisa amat berbahaya! I swear!!

Ahh, setelah mengingat beberapa masa lalu pasti deh mengingat kenangan yang masih menghangat sampai detik ini masih kurasakan. Senyumnya, pahatan wajahnya, matanya, dan semua tentangnya mungkin masih segar dalam memory, tapi basi dalam mulut. Namun candu akan dirinya terkadang menyiksa sesaat. Hei, bidadariku, aku merindumu. Apa kau mendengarku? Apa kau kini bahagia bidadari? Dengarkan aku, aku tahu batinmu tersiksa, aku tahu kau kesakitan disana, tapi kau munafikkan sakitmu dengan tawa palsumu. Kau tahu, harusnya kau tahu bahwa aku merasakannya. Darahku pernah mengalir dalam tubuhmu, bidadari. Tapi kali ini aku benar-benar harus membuangmu dari ingatanku bidadari. Aku kan selalu berdoa untukmu, selalu, disetiap sujudku. Kau memberiku sejuta kisah, kau mengajariku segalanya. Aku ingin bersahabat denganmu bidadari. Mengapa kau menghindar? Mungkin rasaku padamu telah berubah, aku sudah merajut lukaku sendiri, luka yang pernah aku buat sendiri pula, untukmu. Aku hanya ingin senyum tulusmu kembali bidadari, itu saja. Senyummu, bagai ribuan titik salju di gersang hatiku. Terima kasih kau pernah jatuh di jantung hatiku, terima kasih telah memberikan warna dalam hariku, dulu. Semoga Tuhan masih melindungimu dan Tuhan membantuku menghapus candu akan dirimu, perlahan. Pergilah bidadari, aku telah melepasmu, membiarkanmu bebas tanpa rantai dariku. Jaga  baik-baik apa yang telah kuberi untukmu. Aku tak ingin serpihanmu mengganggu hidupku saat ini dan nanti. :)

"R"
Kembali ke Desember, berawal dari Desember dan semoga berakhir di Desember pula. Awalnya ini seperti tahun lalu, berkenalan dengan masih membawa luka dan berdarah. Namun, the power of "Witing Tresno Jalaran soko Kulina" benar-benar telah meracuniku. Mungkin berusaha kutolak, tapi sudah menjalar jauh menginfeksi otakku. Aku, terlalu pengecut untuk kembali berkomitmen, walau aku tahu rasa ini tak bisa kumunafikkan lagi. Aku hanya belum siap, rongga hatiku masih begitu rapuh, terkadang lancang membukakan pintunya pada masa lalu dan terkadang mengunci rapat untuk dia yang baru. Aku tak ingin menyakitinya Tuhan, aku juga bukan memberinya harapan palsu. Suatu saat, aku janji, jika Tuhan memang akan menjadikanmu yang terakhir, Tuhan akan meyakinkan hatiku untuk memilihmu. Tuhan, jika cintamu masih menyertaiku, ijinkan aku berikan cintaku kepada orang yang mencintaiku. Ikhlaskan dia yang telah pergi dan sambutlah ia yang kini datang. Yakinkan bahwa ia akan menjadi yang terakhir. Ajari aku lagi bagaimana mencintai setiap bagian dari dalam dirinya, seperti aku mencintai bidadarimu dulu Tuhan. Agar ia juga akan mencintaiku bukan karena lebihku tapi juga mencintai setiap bagian kekuranganku. Karena hanya dengan itu aku yakin Tuhan. :D




Sekian lama tak menulis seperti ini, rasanya sedikit gagap. Aku rasa ini seperti curhatan, tapi maksudku adalah harapan. Setidaknya sekali saja mencurahkan apa yang sedang aku pikirkan dan menuangnya dalam susunan kata yang mungkin jauh dari kata "indah" tapi aku membaginya dengan tulus. haha. Ketika semua terkumpul seperti ini tiba-tiba saja langit kotaku mendung dan gelap, air bangsat itu turun lagi,dan mengalir memberiku kata demi kata. Hingga baris terakhir kutulis dan sepotong puisi kubuat, hujan masih mengguyur, dan ketika semua selesai, mendung mulai lelah dan pergi :)
Sedikit pantun garing yang kubuat sendiri selama bertahun-tahun tak membuatnya :D

Panjat pohon mencari madu,
lihat Pak Lurah meminum arak,
Indahnya kasih adanya rindu,
tapi ini rindu terhalang jarak.

Beli arak ke Jogjakarta,
pulangnya mampir beli alpukat,
Biarlah jarak memisah cinta,
tetapi hati kita adalah dekat.

Selamat pagi dan semoga Desember kalian menyenangkan