Thanks mom for everything, because you're our everything :')
| Family |
Kali ini gue berfikir tentang sebuah rahasia cinta yang gak gue ngerti. Kata orang cinta itu dimana dua orang manusia yang memiliki rasa buat saling memiliki, memberi, berbagi dan menerima satu sama lain.
Benarkah??
Tiba-tiba hatiku lebur, setiap kali melihat kedua orang tuaku saling cela, ketika mereka saling beradu mulut mempertahankan betapa kuatnya argumen masing-masing. Tak bisakah salah satu mengalah?
Hanya persoalan kecil, persoalan yang anak seusia 10 tahun saja tahu harus bagaimana, tapi kenapa kalian tak pernah sadar?
Setelah itu memang berhenti, ya kalian berhenti berdebat, saling diam dan kemudian saling menjauh. Itukah cinta yang kalian ajarkan pada anak-anak kalian? Itukah cara manusia menyelesaikan masalah?
Kemana komitmen kalian yang kalian ikrarkan dulu? Kemana kata maav, kata sayang yang dulu kalian banggakan?? Kemana semua itu?
Hatiku seakan terluka entah kenapa, aku tak mengerti.
Perih. Inikah keluargaku?
Seperti inikah yang kubanggakan selama ini? Inikah yang menjadikan aku kuat?
Kalian, benar-benar mengenaskan.
Kau tahu ketika ayah mulai membicarakan setiap detail keburukan ibu dan begitu juga sebaliknya, kau tahu apa yang kurasa?? Aku menahan amarah, sakit dan sedih dalam diam. Bagaimana rasanya? Seperti menahan puluhan tablet paling pahit sekaligus di dalam pangkal tenggorokan, membiarkannya meleleh dan sebagian tertelan utuh.
Aku pernah bermimpi suatu saat ingin memiliki seorang pendamping yang seperti ayahku, serta menjadi seorang istri seperti ibuku. Mimpi tinggallah mimpi, semua gelap dan aku harus bangun menghadapi nyata.
Akankah aku kuat Tuhan? Ketika semua batu masalah ini harus kubawa dan yang lain hanya bisa terdiam tanpa menyadari bahwa aku sudah lelah.
Kau tahu? Ini seperti buah yang dari luar kulitnya bersih,tak terlihat cacat sedikitpun,namun ketika kulitnya terkelupas dalamnya membusuk, rusak dan dimakan ulat. Aku hanya bisa kecewa, aku hanya terdiam tak berdaya ketika satu persatu ulat ulat bangsat itu mulai menggerogoti utuhnya daging buah yang harusnya berasa manis.
Apakah aku terlalu acuh selama ini hingga tak merasa bahwa buah yang selama ini kulihat tak cacat ternyata perlahan membusuk?
Iyaa, aku terlalu tenggelam dengan duniaku hingga tak menyadari bahwa tiang yang selama ini mendorongku tuk tegak mulai merapuh. Satu persatu membuat jalan jalan sendiri yang pada awalnya adalah komitmen satu jalan tuk masa depan bersama. Aku tak tahu, virus egoistisme yang pelan pelan menjangkit dan tumbuh subur di mindset yang menjadikan keluarga ini pecah dan rapuh.
Bayangkan, jika lima buah tiang diharuskan menopang satu tembok raksasa dan hanya satu yang dengan kuat menyanggupinya sedangkan yang lainnya hanya bertumpu. Akankah satu tiang tersebut kuat menopangnya sendiri? Aku rasa jawabannya tidak. Kamu tahu siapa satu tiang tersebut? Dialah orang yang kusebut Ayah, yang dulunya adaah seseorang yang memiliki hati sekeras batu dan kini tlah melunak entah karena apa. Ayah yang dulu mampu melayangkan gagang sapu ke tubuh kecilku, Ayah yang dulu sanggup mematahkan kemooceng dengan memukulkan ke pahaku, dan Ayah yang sanggup berkata tidak jika aku salah. Kemana semua itu? Tapi perubahan itu bukan malah menjadikan tiang ini kuat, tapi ikut melunak karenanya, entah aku kecewa. Dan seharusnya tiang yang kedua ini, ibuku, menguatkan tiang utama menopang tembok tersebut, tapi yang aku lihat justru sebaliknya, dibalik senyum tawa mereka yang hanya muncul palsu demi buah hatinya ikut tersenyum. Aku tahu Tuhan mereka berusaha mengangkat tembok itutanpa terlihat cacat, tapi apa gunanya bila itu rapuh? Bukankah sama saja? Terkadang aku berfikir untuk lari, menghilang dari mereka, tapi semakin aku berlari bukankah akan semakin terlihat tiang itu lemah?? Satu persatu tanda tanya melayang masuk memenuhi rongga ruang fikirku. Apa yang terjadi dengan KELUARGAku?
Tuhan tahu aku salah, Tuhan harusnya aku kuat, dan Tuhan harusnya aku tahu.
Ayah, kau tahu, kau kubanggakan selama ini, kau kukagumi sampai kapanpun, tapi mengertilah sikapmu akhir akhir ini membuatku semakin tak mengenal dirimu, aku tak tahu kemana ayahku yang dulu tegas, yang dulu keras hati dan ngajari setiap benar salah dalam hidup. Kembalilah ayah, kembalilah menjadi ayah hebatku :)
Ibu, kau segalanya, kasihmu tak terputus bahkan tak terganti, kau harusnya mengerti bahwa ayah adalah suamimu, dan salah benar ibu nurut sama ayah, selama ayah tak mengajarkan sesat diluar agama. Aku selalu ingin sepertimu ibu, menjadi kuat dan berpura pura kuat, menangis diam nahan sakit sendiri. Tetaplah menjadi super mom ku ({})
Ingatlah kalian, bagaimana cinta mempertemukan kalian, bagaimana perjuangan kalian mempertahankan cinta, dan bagaimana kalian mengikrarkan janji suci bersama menjaga komitmen, bukan egois kek gini. Aku hanya bisa berdoa untuk kalian, karena hanya itu yang bisa kulakukan saat ini.
I Love You Mom, Dad, My Sister and My Brother, always forever :))
