"Enak ya dia sebulan uang sakunya 50jt."
atau,
"Enak banget sih orang tuanya care banget gitu..."
atau lagi,
"Duuuh, kok dia bisa cantik, trus pacarnya banyak enak banget ya?.."
atau atau lagi,
"Enak ya dia bisa hidup sesuka hatinya tanpa mikir aturan agama"
dan atau atau lagi,
"Enak banget dia punya ini, punya itu, punya bla bla blaa.."
Terkadang manusia itu suka nggak bersyukur.
Jangankan manusia, aku saja seperti itu.
Sering sekali aku berfikir tentang mereka,
mudah sekali mereka punya uang setiap saat,
dipuja setiap tempat, punya sesuatu yang aku tak bisa.
Sering pula aku harus menyalahkan diri sendiri,
Kadang mengeluhkan apa yang tidak bisa kumiliki.
Kadang juga menginginkan hidup orang lain.
Tanpa pernah melihat apa yang sudah kumiliki.
Sampai suatu ketika aku harus bertanya :
"Mengapa bersyukur begitu sulitnya?"
Mungkin itu kenapa bapakku sering sekali membentak ketika aku mulai tergiur hidup orang lain.
Jangankan belajar bersyukur, bisa melihat kelebihanku saja susah.
Tapi aku berfikir, kalau tetap saja aku tergoda hidup orang lain ,
Kapan aku bisa menikmati apa yang kupunya?
Lalu kumulai untuk menyadari kelebihanku.
Kemudian belajar untuk tidak selalu mendongak keatas sebagai perbandingan.
Takkan pernah habis bila apa yang kita inginkan semakin melihat ketinggian.
Kata klise sekali, dimana diatas langit masih ada langit lagi.
Hidup mereka yang kadang sangat kuinginkan, memiliki segalanya, atau hanya sekedar perhatian.
Iri yang semakin mengembang yang membuat satu-persatu temanku hilang.
Karena aku menginginkan hidup mereka dan tak mendapatkannya, akhirnya aku menjauhinya.
duh, sifat pengecut yang kapan mau berubahnya.
Nggak mudah merubah tapi harus.
Tak ada habisnya glamouritas dunia ini menggoda.
Dan yang ku"iri"kan hanyalah duniawi.
Mulai aku berfikir untuk menginginkan hidup seorang pengejar akhirat.
Yang sering terjadi ketika aku menginginkan hidup seseorang, dia pun ternyata menginginkan hidup yang kujalani.
Itulah yang kadang membuatku berfikir tentang bersyukur.
Tak ada orang lain yang bisa menempati posisi hidupku yang seperti ini.
Setiap manusia sudah memiliki kadar hidup dan kekuatannya sendiri.
Jadi, tak perlu meng"iri"kan hidup orang lain.
Bila ingin, berusahalah, bila tak tercapai berarti kadar garis yang diberikan Tuhan hanya sebatas itu.
Dan pas banget aku nulis ini sambil wancak an nemu ini :
Semoga bisa ku aplikasikan pada hidupku dengan melihat lagi perbandingan bahwa dimana ada kelebihan pasti ada kekurangan.
Semoga pikiran positif yang mulai kutanam ini akan tumbuh dengan baik.
"Hei big problems, I've the Biggest God to beat you.."
-R-
