Semakin kesini aku semakin tak takut bila orang lain tahu siapa aku, macam manusia apa aku ini.
Ya, aku tipe manusia yang sering diperbudak oleh rasa.
Demi rasa aku rela mengingkari takdir, keluar dari aturan Tuhan.
Pendosa macam aku hanya bisa menyalahkan keadaan dan rasa yang terlanjur salah.
Sudahlah, aku tak ingin membahas itu.
Di hari ini, tepat di tanggal yang kusuka dan jatuh di bulan januari ini, seseorang yang yah bisa saja disebut mantan, berulang tahun.
Ya, aku tipe manusia yang sering diperbudak oleh rasa.
Demi rasa aku rela mengingkari takdir, keluar dari aturan Tuhan.
Pendosa macam aku hanya bisa menyalahkan keadaan dan rasa yang terlanjur salah.
Sudahlah, aku tak ingin membahas itu.
Di hari ini, tepat di tanggal yang kusuka dan jatuh di bulan januari ini, seseorang yang yah bisa saja disebut mantan, berulang tahun.
Happy birthday to you, ex.
Doa terbaik di hari ini kulimpahkan kepadamu, walau di setiap hari doa baik selalu menyertaimu.
Aku merindukanmu, tapi aku mah apa, cuma pecintamu yang sudah usang.
Difikirmu saja tak mungkin lagi ada.
Tak apa, memang ini pilihanku.
Tak ingin mengganggu hidupmu, itulah ego yang selalu kugenggam erat.
Tak kan pernah aku mengemis bersamamu, temuimu atau apapun.
Sudah cukup aku mencoba memperbaiki, mencoba mengajakmu bertemu.
Dan yang kulakukan adalah dengan kutulis pelan namamu, kisah kita, lalu aku lupa sejenak, ketika muncul lagi kutulis lagi dan aku lupa kembali.
Begitu terus hingga entah kapan rasa ini hilang.
Aku merindukanmu, tapi aku mah apa, cuma pecintamu yang sudah usang.
Difikirmu saja tak mungkin lagi ada.
Tak apa, memang ini pilihanku.
Tak ingin mengganggu hidupmu, itulah ego yang selalu kugenggam erat.
Tak kan pernah aku mengemis bersamamu, temuimu atau apapun.
Sudah cukup aku mencoba memperbaiki, mencoba mengajakmu bertemu.
Dan yang kulakukan adalah dengan kutulis pelan namamu, kisah kita, lalu aku lupa sejenak, ketika muncul lagi kutulis lagi dan aku lupa kembali.
Begitu terus hingga entah kapan rasa ini hilang.
Teringat 8 November 2012, kuasa Tuhan yang mempertemukan kita melalui jalanNya, aku mengenalmu.
Kita sama-sama masih terluka, hari demi hari rasamu lebih cepat menyukaiku, sedang aku masih terkait masa lalu,
Itulah mengapa, rasamu juga lebih cepat pergi, daripada rasaku yang malah semakin menjadi.
20 Desember 2012, tanggal yang cantik memulai komitmen denganmu, seperti dirimu yang tetap cantik dalam rasaku.
Komitmen yang kupikir akan cantik pula akhirnya.
Aku takkan menceritakan bagaimana kita bertemu pertama kali, biarlah angin yang menceritakannya ketika rindu kembali menyapaku.
Setelah pulang dari pkl-mu untuk pertama kali, kusambangi rumah mantan calon mertua katanya, haha, bersua dengan keluargamu, tak bisa kuluapkan antara bahagia dan grogi.
Yah, walau nyatanya kau berkhianat sebelum malam itu.
Tapi sudahlah bukan urusanku lagi marah kembali, kesal kembali.
Aku memaafkanmu, tak pernah sekalipun bisa aku marah selarut itu.
Bahkan aku harus menerima pengakuanmu, aku menghapus air matamu dan berkata bahwa masa laluku lebih kelam dari padamu.
Aku menerima apapun kurangmu.
Tapi mungkin rasamu yang perlahan pudar, dan memang kau hanya berlari dari lukamu sehingga rasamu begitu saja menguap.
Malam sebelum hari pernikahan kakakku, masih kuingat perdebatan tentang keinginanmu dan kuhargai bila memang kau ingin berjalan pada keputusanmu.
Nyatanya, dari pengakuanmu sendiri kau malah mengkhianati perkataanmu yang dengan sakit kuterima.
Tak pernahkah kau memposisikan dirimu.
Sakitnya masih saja kuingat, kututupi dengan kebodohanku yang masih saja menatapmu.
Satu, dua orang datang, kucoba melangkah, tapi tak pernah lama dan jatuh lagi.
Mungkin kau muak dengan semua tulisan tak penting ini, tapi hanya ini yang kubisa.
Ogah sekali aku harus menemuimu, menceritakan kisah bodohku.
Kupikir kau hanya akan tertawa lebar, merasa menang mengancurkanku.
Kaupikir aku tak muak dengan lukaku, dengan pelajaran yang kau tinggal?
Aku cukup belajar, dan kini engganku memulai, aku takut jatuh lagi, aku takut mencinta.
Pengecut memang, tapi tak bisa juga kupaksa rasa berubah begitu saja.
Semakin kupaksa akan semakin robek hasilnya.
Kita sama-sama masih terluka, hari demi hari rasamu lebih cepat menyukaiku, sedang aku masih terkait masa lalu,
Itulah mengapa, rasamu juga lebih cepat pergi, daripada rasaku yang malah semakin menjadi.
20 Desember 2012, tanggal yang cantik memulai komitmen denganmu, seperti dirimu yang tetap cantik dalam rasaku.
Komitmen yang kupikir akan cantik pula akhirnya.
Aku takkan menceritakan bagaimana kita bertemu pertama kali, biarlah angin yang menceritakannya ketika rindu kembali menyapaku.
Setelah pulang dari pkl-mu untuk pertama kali, kusambangi rumah mantan calon mertua katanya, haha, bersua dengan keluargamu, tak bisa kuluapkan antara bahagia dan grogi.
Yah, walau nyatanya kau berkhianat sebelum malam itu.
Tapi sudahlah bukan urusanku lagi marah kembali, kesal kembali.
Aku memaafkanmu, tak pernah sekalipun bisa aku marah selarut itu.
Bahkan aku harus menerima pengakuanmu, aku menghapus air matamu dan berkata bahwa masa laluku lebih kelam dari padamu.
Aku menerima apapun kurangmu.
Tapi mungkin rasamu yang perlahan pudar, dan memang kau hanya berlari dari lukamu sehingga rasamu begitu saja menguap.
Malam sebelum hari pernikahan kakakku, masih kuingat perdebatan tentang keinginanmu dan kuhargai bila memang kau ingin berjalan pada keputusanmu.
Nyatanya, dari pengakuanmu sendiri kau malah mengkhianati perkataanmu yang dengan sakit kuterima.
Tak pernahkah kau memposisikan dirimu.
Sakitnya masih saja kuingat, kututupi dengan kebodohanku yang masih saja menatapmu.
Satu, dua orang datang, kucoba melangkah, tapi tak pernah lama dan jatuh lagi.
Mungkin kau muak dengan semua tulisan tak penting ini, tapi hanya ini yang kubisa.
Ogah sekali aku harus menemuimu, menceritakan kisah bodohku.
Kupikir kau hanya akan tertawa lebar, merasa menang mengancurkanku.
Kaupikir aku tak muak dengan lukaku, dengan pelajaran yang kau tinggal?
Aku cukup belajar, dan kini engganku memulai, aku takut jatuh lagi, aku takut mencinta.
Pengecut memang, tapi tak bisa juga kupaksa rasa berubah begitu saja.
Semakin kupaksa akan semakin robek hasilnya.
I'm sorry, ex. I'm telling ya my sad story too much.
Wish you blessed everysecond.
Once again, I'll say, Happy Birthday to you.
I love you till don't know when.
Wish you blessed everysecond.
Once again, I'll say, Happy Birthday to you.
I love you till don't know when.