Kamis, 10 Januari 2013

7 Hari di Kota Gudeg


Entah apa yang terlintas dibenakku tiba-tiba aku akhirnya membulatkan tekad buat melancong ke negeri Jogjakarta. Awalnya memang pengen mengunjungi kota itu sejak masih kuliah dulu namun tak ada niat untuk mewujudkannya dan di akhir tahun 2012 kemaren aku bersama seorang temanku Waradita memutuskan untuk menginjakkan kaki ditanah Seni tersebut.

 Awal kisah sedikit “mulek” antara jadi dan gak jadi, hingga keputusan Waradita untuk iya berangkat ke Jogjakarta.  Semalam sebelum berangkatpun, aku harus memutar otak untuk menyusun kata ijin kepada kedua orang tuaku yang entah hari itu berubah sekali, biasanya dengan mudah aku pergi kemanapun diijini, sedikit menyebalkan I think. Tapi dunia mengijinkan aku berangkat setelah melalui proses packing dan ijin palsu yang aku dapat, haha. 
Setengah sembilan pagi aku menuju terminal bus Trenggalek diantar adikku naik bus Jaya, satu-satunya bus yang mengantar kami ke kota Ponorogo. Karena jalur bus yang saya tumpangi melewati rumah Waradita, dia menanti di depan rumahnya. Perjalanan yang lumayan panjang untuk jarak Trenggalek – Ponorogo menurutku. But, we enjoyed. Sesampainya di terminal Seloaji Ponorogo dengan kepolosan kita yang tak tahu mau naek bus apa setelah itu akhirnya bertanya dengan petugas perhubungan yang berada di sekitar pintu keluar terminal. Kami disarankan untuk naik bus “Cendana” dan dengan polosnya (lagi) kita menaiki bus  tersebut. Demi Tuhan rasanya itu seperti naik odong-odong. Ah aku ingat sebelum itu, kami berdua yang menunggu bus jurusan Madiun itu, aku sempat bertanya dengan kenek bus Restu jurusan Surabaya, kira-kira seperti ini :
“Pak, ini busnya nanti lewat Madiun gak??”, aku tanya.
“ Enggak mbak kita nanti lewat atas.” Jawab bapak keneknya. 
Dan spontan aku ndongak lihat atas dong, secara bapaknya bilang mau lewat atas. Aku polos banget siih. Ternyata maksud dari bapak tadi itu tetep lewat Madiun tapi gak berhenti di Terminal Madiun, itu yang dinamakan “lewat atas”. Kami sejak saat itu tiap lihat bus Restu melintas, urgh pengen nendang rasanya.

Oke lanjut perjalanan kita naek bus odong-odong dari Ponorogo ke Madiun. Sepanjang perjalanan rasanya pengeen ngumpat, terus sedikit kesel dan separo nyesel, tapi yasudahlah kita jadikan itu pengalaman yang gak murah, untung saja supirnya baek banget ngasih info bus mana yang bisa nganter kita ke Jogjakarta *senyum lebar* . Pukul 12.30 wib kita tiba di terminal Madiun, menuju mushola untuk melaksanakan sholat dan sekedar cuci muka, menyegarkan kembali suhu tubuh yang sempat memanas. Sambil berfikir kami kontak dengan teman yang telah ada di Jogja, what must we suppose to do? Setelah mendapat kepastian, kami kembali ke peron dan menuju bus Mira paling depan yang akan menuju ke Jogjakarta. Kami bertemu lagi sama bapak supir yang baik tadi dan menyarankan jika bus sudah penuh mending pindah ke bus belakangnya. Karena masih ada banyak bus yang akan membawa penumpang menuju Jogjakarta. How lucky, kita dapet tempat duduk di bus Mira paling depan, thanks God akhirnya naek bus yang sebenarnya dan ber-AC. Namuuuun, tidak sampai situ saja perjuangan perjalanan kami diuji, kita harus transfer bus di sekitar taman Jurug, pindaah lagii. Dan setelah itu kita gak bisa tidur karena mikir dimana kita nanti akan turun. Berasa udah ilang dan jauuh banget. Salah seorang temanku ngasih saran buat “turun di Janti, nanti sama keneknya diturunin “di bawah fly over””, oh God dalam otak kita itu diturunin di kolong fly over, gak nyangka ternyata fly overnya setinggi itu. Damn nya lagii kita berangkat hari Jum’at tanggal 28 Desember 2012 dimana itu jalannya macet badai, yang harusnya perjalanan paling lama 6 jam, itu kita dari setengah sembilan pagi sampai di Janti jam setengah delapan malam, huh, very very Longtrip. Itupun kita masih nunggu jemputan teman-teman baik kita disana, mereka baik banget. Oh iyaa, apesnya lagi dari sore itu cuacanya hujan badai lagi, tapi entah kita masih bisa ketawa dan bahkan aku masih bisa nyemburin air minum gara-gara celetukan si Waradita yang gak tahu suasana itu, haha. Sekitar 15 menit kemudian, Rara temanku datang dan 5 menit kemudian disusul Anggadesy datang. Kami makan dan langsung menuju kost an Rara dimana kita tinggal seminggu kedepan. 
Image1 : Kost an Rara 
Hari pertama itu aku dan Rara masih terlihat canggung, banget. Seperti biasa pertama kali ditempat baru, pasti enggak bisa tidur. Aku meremin mata paling lama itu 2 jam. Hari Sabtu 29 Desember 2012, kami berempat cuman jalan-jalan di Jl. Malioboro dan malemnya kita nonton Kabaret Show di Mirota Batik lantai 3. Pertunjukan yang hanya diadakan hari sabtu malam itu benar-benar mengocok perut, lucuu banget. Kalo ke Jogja wajib deh nonton pertunjukan itu, tapi aku saranin bagi yang fobia sama banci dan juga belum cukup umur, please don’t try to watch it
Image2 : Kabaret Show

Setelah puas ngakak di hari itu, kita pulang karena besok akan melakukan longtrip ke Gunung Kidul, tepatnya di Pantai Selatan. Malam itu, aku masih susah terlelap, yasudah hanya lelap 3jam an malam itu. Pagi-pagi kita semangat mandi, prepare dan berangkatlah kita ke daerah Gunung Kidul, tujuan pertama kita ke Pantai Sepanjang. Indah. Dengan ditemani deburan ombak ringan, bau pantai yang khas, sebuah kelapa muda dan mie goreng, uhh, amazing banget. Sempat menjajal yang namanya makanan “arem-arem” yang itu bisa dibilang lemper, tapi lebih aneh rasanya. Mungkin dimana mana rupa pantai sama tapi entah aku speechless buat nge-describe pantai itu dan pantai yang satunya itu aku lupa namanya *pikun eg*. Katanya sih ada delapan pantai tapi kita udah ngunjungin dua pantai aja letoy, eh bukan letoy sih cuma macetnyaa itu loh bikin semangat totally drop, dan aku juga gak tega ngeliat Rara udah kelihatan capek dan kedinginan karena hujan. Terpaksa kita pulang buat angetin badan dan istirahat. Entah setan mana yang bisa bius aku, malem itu aku ilang duluan, Rarapun juga. 
Image3 : Pantai Sepanjang
Image4 : We 



Image5 : Es Kelapa Muda

Image6 : Penjual "Arem-Arem"

Image7 : Kita
Image8 : Lupa Namanya

Image9 : Kita (Lagi)
Yah, hari berganti, Senin, tanggal 31 Desember 2012, hari terakhir di tahun 2012 kami benar-benar menghabiskan untuk tidur hingga siang *tapi tidak dengan mataku aku bangun paling pagi*, bahkan kita terpaksa sarapan pukul 2 siang, planning kita hari itu ke Bukit Bintang menikmati akhir Tahun disana. Kita mulai moveon sekitar pukul 3 sore berangkat ke Gunung Kidul pukul 4. Sesampainya di Bukit Bintang itu sekitar pukul lima sore kita sudah booking tempat paling pinggir biar bisa menikmati indahnya kota Jogja dari atas. Naasnya, baru kita order makanan hujan turun, damn. Doa kita hanya satu, semoga saat detik-detik pergantian tahun hujannya reda. God loves us, setelah beberapa jam sempat hujan deras, sekali, yang harus kita hangatin sendiri suasana agar gak terlalu canggung dan dingin tentunya. Mulai dari candaan garing hingga saling sepik satu sama lain, membuat suasana seketika cair, walaupun sempat kesel sama bapak yang punya toilet, masa aku cuma nganter doang disuruh bayar, katanya berapapun orang yang turun di toiletnya dia itu wajib bayar dan juga sempat hampir bayar dobel ke ibu ibu pemilik warungnya gara-gara notanya dia buat dobel, ergh. Pukul 10.00  wib itu gara-gara aku iseng buka HPnya Rara, yang menyebabkan dia jadi bahan bully-an oleh kami bertiga, haha, pengen ngakak kalo inget. Hampir dua jam kita ketawa ngakak hingga gak sadar hujan telah berhenti dan kami antusias menunggu pergantian tahun disana. Satu-persatu kembang api dinyalakan, berbagai bentuk, jenis, warna dan tingkat kengerian yang berbeda menghiasi langit Jogja malam itu. “Firework, beautifull but dangerous”, kata Rara. Benar-benar best New Year seumur hidupku, biasanya di Trenggalek, celebrate New Year hanya berlangsung 15 menit dan setelah itu buyar, dan tentunya, sepi. Awesome banget lihat kembang api yang meletus bersahutan dibawah, seperti melihat hamparan bintang, bedanya bintang biasanya berada diatas, ini berada dibawaah. Sekitar pukul 2 dini hari, kita mulai bergeming dari tempat itu untuk pulang, merencanakan akan kemana besoknya. 
Image10 : Bukit Bintang
Nah, tanggal 1 Januari 2013 hari pertama di tahun 2013, kita menghabiskan setengah hari buat tidur, hingga tercetuslah ide bahwa kita hari ini ke Sekaten (red:pasar malem). Berangkat sehabis maghrib, memarkir motor dan jalan-jalan. Satu-satu wahana mulai dari kora kora yang hebring, ngakak abiss, pertama, karena kita salah milih posisi duduk dibangku paling belakang, kedua di deretan belakang itu gak ada pegangannya dan kita gatau kalo itu kora kora bakal naek sampe 180 derajat eh, 90 derajat ding. Dan pas wahana itu jalan, aku sama Anggadesy cuman ngakak sekuat tenaga, gara-gara si Waradita dan Rara yang teriak teriak gak karuan ditambah mas-mas yang gak kalah hebring dibelakang kita, haha. Setelah turun pun, aku masih ngakak.  Selanjutnya kita naek ombak cinta katanya, itulooh yang diputer trus diayun ayun, bedanya kalo di pasar malem biasa itu gak ada music diskonya, di sekaten ini di tengahnya ditempel beberapa sound system yang suaranya bikin gendang serasa mau pecah, trus diatasnya dikasih lampu ala club / diskotik, biar gahol katanya. Setelah naek ombak cinta yang lumayan bikin pusing, kita lanjut buat ngetes adrenalin kita dengan masuk “Rumah Hantu”, siapa takut, nah masuknya sih nyantai sampai ditempat yang bener-bener gelap, dengan posisi jalan Rara, aku, Waradita dan Anggadesy, ternyata udah ada dua setan unyu yang menunggu. Kita pikir itu hanya boneka, hingga akhirnya itu kunti gerak dan menyebabkan Rara yang lagi minum menyemburkan air ke mukanya itu setan. Mas kunti gadungan itu cuman bilang “ Piye sih Mbak??” sambil meringis basah, haha. Kita ngakak sejadinya setelah melewati pintu Exit. Adrenalin sudah sedikit terguncang, kami lanjut menaiki biang lala, sedikit awkward banget sih, kita cuman muter gajelas, but oke lah. Rasa lapar mulai merayap membuat perut berdendang, kami sempat bingung mau mengganjal perut dimana, dan Alun-Alun Kidul pilihan yang tepat sekali. Sempat kagum ketika memasuki kawasan AlKid yang awesome dengan lampu lampu sepeda. Ditambah setelah beberapa jam disuguhi seni jalanan dan tepat dibelakang saya sepasang suami istri yang romantisnya bikin envy setengah mati, mereka booking salah satu pengamen yang bisa dibilang keren dan lagunya, ah keren juga. Dalam otakku, “ Kapan orang tuaku bisa romantis seperti bapak ibu itu”, bener-bener best moment. Dan hujanpun akhirnya memisahkan kita dengan AlKid. Hampir setengah 3 dinihari kita pulang menuju kost. 
Image11 : Alun-Alun Kidul
Paginya, tanggal 2 Januari 2013, kita amat sangat males beranjak dari kasur, moveon sekedar untuk ke kamar mandi dan terlelap kembali. ketika kita sudah mandi semua, ganti baju dan bersemangat untuk keluar, hujan dengan tidak sopan turun dengan derasnya, sehingga urung kita mau keluar. Dan finally, hari terakhir di Jogjakerdah, kita habiskan di sepanjang jalan Malioboro tanpa Anggadesy, dengan nyasar di Pasar Beringharjo, berbelanja, tawar menawar, maybe first time aku belanja dengan nawar, sebelumnya sama sekali aku gak bisa nawar. Rasanya kalo nawar dan dapet barang itu kek menang lomba balap karung. Tigajam gak kerasa jalan dari ujung hampir ke ujung lagi. Capek. Setelah makan, kami menunggu Anggadesy dan menikmati senja di taman sari. Lucky, kita masih sempat diperbolehkan masuk di Masjid bawah tanahnya yang hampir tutup waktu itu. Keren banget. Suguhan bangunan masjid tua yang masih bisa dibilang utuh cuman  sedikit berlumut di tembok-temboknya, tapi warisan arsitektur yang patut diacungi jempol deh. Lanjuut jalan ke kolam renang para permaisuri Keraton, tempat mandi para istri-istri Sultan yang gak kalah kerennya. Karena hari itu udah tutup, kami terpaksa manjat tembok warga buat lihat itu kolam renang, diajarin siih sama guide nya disana, haha. Sempat narsis-narsis an di sebuah bangunan yang itu masih masa renovasi dan gatau namanya apa. Jalan lagii lewati gang gang, di kampoeng Cyber itu namanya, ke Situs Pesangrahan Taman Sari, menikmati senja yang sudah lama kurindukan. Bertemu dengan seorang fotografer dari Bandung, Waradita pun jadi model dadakan bapak-bapak itu, nice shoot, dengan siluet senja, bagus banget. Senja terus menua dan menarik gelap, mengusik kita berempat untuk segera berpindah ke tempat lain. Sembari menunggu benar-benar gelap, kami kembali berfoto, bercanda disebuah tempat outdoor kek panggung pertunjukan, memikirkan akan kemana selanjutnya. 
Image12 : Bangunan Renovasi

Image13 : Masjid Bawah Tanah

Image14 : Di Atas Tembok Kolam

Image15 : Narsis

Image16 : Taman Sari
Puas menikmati perginya senja, kami bergegas mencari oleh-oleh di toko “75”. Tak lama, kami menuju Alun-Alun Kidul (lagi), seperti enggan berpisah dengan tempat ini, kami duduk di pinggir lapangan melihat becak berlampu sliweran dan juga orang orang yang mau melakukan “Masangin”, ituloh yang matanya ditutup pake kain trus disuruh ngelewatin di tengah-tengah dua pohon beringin. Dan aku juga dengan asyiknya memperhatikan Rara yang sibuk dengan kembang gulanya, haha. Daan kita lanjut mengisi perut menuju angkringan KR, nama tempatnya “Angkringan Gareng Petruk” kalo gak salah sih. Akhirnya merasakan yang namanya The Real Nasi Kucing, itu porsinya cuman seperempat volume lambungku, tapi karena masih pertama aku cuman makan satu bungkus, hehe. Beberapa menit kita bercanda dan aku harus menyaksikan kejadian luar biasa yang membuat aku ngakak gak bisa berhenti. Awal mula, kita bercandaan, nah aku minum tuh, eh diketawain sama si Anggadesy, aku jadi pengen ketawa juga sambil nahan air yang ada dimulutku. Tiba-tiba, Anggadesy bilang “awas ya kalo kamu nyembur,” dan disertai dia ngiler, oh my God, aku seketika cepat cepat nelen air teh ku dan ngakak sejadinya. If you know ya, biasanya orang muncrat itu yaudah nyembur gitu aja, eh ini udah kaya air terjun Niagara deresnya, haha. Hampir mati ketawa waktu itu, dan si Waradita sekaligus Rara cuman bingung dengan apa yang aku ketawain. Melihat wajah bingung mereka tambah bikin aku ngakak sejadinya. Cukup, perut udah diisi dan saatnya pulang, buat packing besok harus pulang, ah sedih. Sesampainya di kamar kost, kita bertiga membersihkan diri dan aku plus Waradita dengan berat hati mem-pack barang-barang dan pergi tidur. Nah, sebelum tidur, kita lagi-lagi ngakak gara-gara ulah Rara. Jadi begini ceritanya, entah Rara itu ngomong apaan, trus aku bilang ke dia “trus gue harus bilang Wow gitu” nah dia jawab “ih, Klise banget sih”, aku tiba-tiba iseng “oh klise tu bukannya yang nyanyi lagu yang judulnya Kisah Sedih Di Hari Minggu itu yah?” trus tiba-tiba Rara jawab dengan innocent “ Oh, Danii”, aku mikiir sejak kapan Ahmad Dhani nyanyi lagu Kisah Sedih Di Hari Minggu?, aku nanya lah ke dia “Emang Dani siapa, Ra??” masih dengan muka polosnya dia jawab “Dani Klise”. Sontak aku dan Waradita hening sejenak dan dilanjut ngakak yang berkepanjangan, dan si empunya yang diketawain itu masih juga gak sadar, oh God. Hari terakhir yang penuh tawa. Finally, tanggal 4 Januari 2013, terpaksa aku dan Waradita meninggalkan kota Jogjakarta dengan travel Jogja – Ponorogo, dilanjut naek bus Jaya (lagi) yang berangkatnya kek naek odong-odong, pulangnya berasa naek Roller Coaster dipadukan dengan naek Kora-Kora di Sekaten, salah kita duduk di paling belakang, hujan badai, jalan berliku tajam, supirnya ergh banget nyetirnya, PERFECT.  Pukul 3 sore, I’m Home. :)

THE END


dan aku, tak kan melupakan setiap detik keindahan, pengalaman dan ukiran kenangan selama di Jogjakarta”  ~ Trenggalek, 08 Januari 2013 ~
Thanks to,
Image17 : Raraa

Image18 : Waradita

Image19 : Anggadesy