Ah, November datang dan
semoga membawaku tetap lebih baik. Dua bulan sudah aku berpisah dengan sosok
indah makhluk Tuhan.
Percayakah kalian dengan malaikat? Pasti percaya, tapi
percayakah kalian dengan bidadari?? Makhluk yang dikabarkan memiliki paras
sempurna dan keindahan sempurna. Aku percaya, bidadari ada dan pernah jatuh
tepat di sela sela hatiku. Kedua aku percaya karena Westlife berkata dalam sebaris
liriknya “I believe in angel”. Kali ini aku hanya ingin menyampaikan salamku
pada sesosok bidadari yang entah dimana dia berada.
>>
Hei bidadari, ingatkah kau denganku?? Bagaimana kabarmu di surga? Apakah telah
kau temukan sebelah sayapmu? Apakah Tuhan mengampunimu bidadari?
Hei,
aku merindukanmu.
Dulu,
aku ingat, sangat mengingatnya ketika kau jatuh dan sayapmu hampir patah. Kau cacat,
kau menangis. aku tak percaya kau menangis.
Hei
bidadari, maav aku merusak lagi sayapmu yang hampir saja kuperbaiki.
Kau
ingat bidadari, pertama kali kita bertemu kau masih begitu bercahaya, kau
mengatakan bertemu aku bahagiamu. Aku mencoba merajut luka sayapmu yang sedikit
rusak tercabik oleh seseorang. Tersadar kita bukanlah ditakdirkan bersama
karena aku manusia dan kau bidadari. Kau terlalu sempurna untuk bersamaku. Tapi
kau membiarkanku tetap terus merajut sayapmu dengan helai robekan hatiku. Aku mulai
lelah, benangku hampir kandas untukmu. Kau berjanji takkan biarkan aku mati,
kau bilang akan menjaga baik benang rajutanku selamanya. Aku percaya padamu
bidadari. Kau suci. Aku penuhi semua inginmu. Setiap kali kau mulai mencoba
terbang kembali dengan sebelah sayap rajutanku, kau terjatuh. Tapi aku tahu kau
tak menyerah, hingga kau mulai terbiasa dengan sayap cacat. Aku senang melihat
senyum sempurnamu.
Hei
bidadari, kau satu dari sekian juta bidadari, aku ingin bertanya padamu yang
sejujurnya ingin kutanya sejak awal aku menatapmu dan sejak kau mengizinkan ku
menyulam sayapmu. “ Mengapa takdir mempertemukan
aku dan kamu yang pasti aku tak mungkin layak untukmu? Dan mengapa kau
membiarkan aku memberikan benang hatiku jika sebenarnya sebelah sayapmu akan
sempurna oleh pasangan yang ditentukan Tuhan untukmu?” . Mulutku serasa
kelu saat pertanyaan itu ingin kusampaikan padamu bidadari.
Hei
makhluk sempurna, aku tahu, tak hanya diriku yang mungkin mengagumimu, ingin
milikimu, mencintai sosok indahmu. Aku hanya percaya karena kau percaya padaku.
Ingatkah bidadari, saat kita bersama tersenyum, kita bersama tertawa, bersama
sama nikmati indah dunia, aku merasa kau bawaku ke surga.
Kau abadi dan aku
bisa mati.
Aku
menyesal ketika apa yang menjadi tawaku itu adalah sentuhan sengajaku terhadap
lukamu. Kau kesakitan dan aku sungguh tidak peka. Aku tak tahu jika bidadari
sepertimu membutuhkan waktu lama untuk sembuh. Berkali kali aku dengan sengaja
menyentuh lukamu dan kau menutupi sakitmu dengan senyummu. Kau tahu bidadari, saat aku
menyentuh lukamu, aku merasa itu adalah dosa. Aku merasa Tuhan marah karena aku
menyakiti makhluk sempurnanya.
Aku
tak sadar bidadari, bahwa dibalik ketidak pekaanku membuatmu lemah. Aku tak
tahu jika benang hatiku membutuhkan aku, pemilik asalnya. Aku seperti
membiarkan serpihan benang hatiku hidup sendiri. Dia sakit bila aku acuh.
Hei
bidadari, bagaimana lukamu sekarang? Apa telah kau lepas benang-benang yang
dulu aku rajut untukmu dengan keringat darahku? Kudengar sayapmu telah ada yang
memperbaiki? Apa itu benar bidadari? Apakah dia baik? Apakah dia mencintaimu
seperti aku mencintaimu? Sesalku kini bidadari, membiarkanmu terbang kembali ke
surga sendiri bersama benang hati yang marah padaku. Kini tinggal serpihan yang
ada pada tubuhku, sakit rasanya, benar benar perihh. Aku tak tahu sampai kapan
aku bertahan. Aku sangat sadar bahwa kita memang tidak ditakdirkan bersama. Tapi
aku dan kau terlalu memaksa. Mungkin inilah cara Tuhan tunjukkan bahwa Tuhan
marah. Tapi aku merindukanmu wahai bidadari, amat merindumu.
Hei
bidadari, bolehkah aku menemuimu? Aku yang telah merobek sayapmu dengan mata
lidahku. Pantaskah aku menemuimu kembali? Aku hanya ingin bersua denganmu,
melihat keadaanmu, melihat sayapmu dan merasakan hangat sinarmu. Aku takkan
memintamu kembali, aku tak akan membuat Tuhan marah lagi. Aku hanya tak sanggup
jika memaksakan bersama makhluk sempurna sepertimu. Akan perih bahkan lebih
perih jika takdir tunjukkan kebenaran.
Hei
bidadari, ceritakanlah padaku, bagaimana surga? Bagaimana teman-temanmu? Aku ingin
mendengar kisahmu. Aku takkan mengacuhkanmu lagi. Aku akan mendengar setiap
kata yang kau ucapkan. Mungkin berkali kali aku menyakitimu bidadari karena aku
hanyalah manusia. Aku tak mampu menjaga makhluk sempurna sepertimu. Aku manusia
dengan segala ego, manusia dengan segala omong kosong yang tentunya kau dengan
mudah tahu apapun yang kulakukan. Tapi perlu kau tahu bidadari, mungkin kau
perlu belajar tentang sesuatu yang dinamakan CINTA. Mengapa aku rela merobek hatiku
sendiri demi sayap cacatmu? Kau hanya perlu pahami bagaimana manusia dan bukan
hanya lihat kurangku. Kau tahu bidadari, kukira awalnya kau amatlah sempurna,
tapi aku tahu Tuhan Maha Adil, kau masih memiliki kekurangan. Tuhan memang
menciptakanmu dari cahaya tapi kau masih bisa terhalang mendung. Dan kau tahu
bidadari, siapakah yang lebih sempurna? Dialah pencipta kita, sempurna dari
segala kesempurnaan.
Hei
bidadari, aku sangat mencintaimu hingga candu, aku tetap melihatmu sempurna,
aku masih merasakan indahmu. Walau aku tak bisa bersamamu, tapi aku masih
meninggalkan serpihan hatiku pada sayapmu. Kuharap saat aku bertemu lagi pada
dimensi lain, serpihan benangku masih tersisa di sela sela sayapmu yang mungkin
telah sempurna oleh sayap lain. Satu hal lagi bidadari, dalam setiap doaku,
setiap lelapku, dan setiap waktuku ada namamu. Aku selalu berdoa agar kau tak
terluka lagi, tak menangis lagi dan Tuhan mengampuni kita. Bukankah surga indah
bidadari?
Aku
telah berjanji pada Tuhan bidadari, kau akan menjadi malaikat terakhirku. Bantulah
aku bidadari, bantu aku menjaga hati dan janjiku. Tolong bantulah aku, hingga Tuhan
mengambil ruhNya dari ragaku. TETAPLAH HIDUP BIDADARI INDAHKU. :’)
<<
"Berbahagialah dimanapun
kamu, kesempurnaanmu membuatku merasa bahwa aku bukanlah apa apa."

