Sabtu, 03 November 2012

A N G E L


Ah, November datang dan semoga membawaku tetap lebih baik. Dua bulan sudah aku berpisah dengan sosok indah makhluk Tuhan. 
Percayakah kalian dengan malaikat? Pasti percaya, tapi percayakah kalian dengan bidadari?? Makhluk yang dikabarkan memiliki paras sempurna dan keindahan sempurna. Aku percaya, bidadari ada dan pernah jatuh tepat di sela sela hatiku. Kedua aku percaya karena Westlife berkata dalam sebaris liriknya “I believe in angel”. Kali ini aku hanya ingin menyampaikan salamku pada sesosok bidadari yang entah dimana dia berada.



>> 
Hei bidadari, ingatkah kau denganku?? Bagaimana kabarmu di surga? Apakah telah kau temukan sebelah sayapmu? Apakah Tuhan mengampunimu bidadari?
Hei, aku merindukanmu.
Dulu, aku ingat, sangat mengingatnya ketika kau jatuh dan sayapmu hampir patah. Kau cacat, kau menangis. aku tak percaya kau menangis.

Hei bidadari, maav aku merusak lagi sayapmu yang hampir saja kuperbaiki.
Kau ingat bidadari, pertama kali kita bertemu kau masih begitu bercahaya, kau mengatakan bertemu aku bahagiamu. Aku mencoba merajut luka sayapmu yang sedikit rusak tercabik oleh seseorang. Tersadar kita bukanlah ditakdirkan bersama karena aku manusia dan kau bidadari. Kau terlalu sempurna untuk bersamaku. Tapi kau membiarkanku tetap terus merajut sayapmu dengan helai robekan hatiku. Aku mulai lelah, benangku hampir kandas untukmu. Kau berjanji takkan biarkan aku mati, kau bilang akan menjaga baik benang rajutanku selamanya. Aku percaya padamu bidadari. Kau suci. Aku penuhi semua inginmu. Setiap kali kau mulai mencoba terbang kembali dengan sebelah sayap rajutanku, kau terjatuh. Tapi aku tahu kau tak menyerah, hingga kau mulai terbiasa dengan sayap cacat. Aku senang melihat senyum sempurnamu.

Hei bidadari, kau satu dari sekian juta bidadari, aku ingin bertanya padamu yang sejujurnya ingin kutanya sejak awal aku menatapmu dan sejak kau mengizinkan ku menyulam sayapmu. “ Mengapa takdir mempertemukan aku dan kamu yang pasti aku tak mungkin layak untukmu? Dan mengapa kau membiarkan aku memberikan benang hatiku jika sebenarnya sebelah sayapmu akan sempurna oleh pasangan yang ditentukan Tuhan untukmu?” . Mulutku serasa kelu saat pertanyaan itu ingin kusampaikan padamu bidadari.

Hei makhluk sempurna, aku tahu, tak hanya diriku yang mungkin mengagumimu, ingin milikimu, mencintai sosok indahmu. Aku hanya percaya karena kau percaya padaku. Ingatkah bidadari, saat kita bersama tersenyum, kita bersama tertawa, bersama sama nikmati indah dunia, aku merasa kau bawaku ke surga. 
Kau abadi dan aku bisa mati.
Aku menyesal ketika apa yang menjadi tawaku itu adalah sentuhan sengajaku terhadap lukamu. Kau kesakitan dan aku sungguh tidak peka. Aku tak tahu jika bidadari sepertimu membutuhkan waktu lama untuk sembuh. Berkali kali aku dengan sengaja menyentuh lukamu dan kau menutupi sakitmu dengan senyummu. Kau tahu bidadari, saat aku menyentuh lukamu, aku merasa itu adalah dosa. Aku merasa Tuhan marah karena aku menyakiti makhluk sempurnanya.

Aku tak sadar bidadari, bahwa dibalik ketidak pekaanku membuatmu lemah. Aku tak tahu jika benang hatiku membutuhkan aku, pemilik asalnya. Aku seperti membiarkan serpihan benang hatiku hidup sendiri. Dia sakit bila aku acuh.

Hei bidadari, bagaimana lukamu sekarang? Apa telah kau lepas benang-benang yang dulu aku rajut untukmu dengan keringat darahku? Kudengar sayapmu telah ada yang memperbaiki? Apa itu benar bidadari? Apakah dia baik? Apakah dia mencintaimu seperti aku mencintaimu? Sesalku kini bidadari, membiarkanmu terbang kembali ke surga sendiri bersama benang hati yang marah padaku. Kini tinggal serpihan yang ada pada tubuhku, sakit rasanya, benar benar perihh. Aku tak tahu sampai kapan aku bertahan. Aku sangat sadar bahwa kita memang tidak ditakdirkan bersama. Tapi aku dan kau terlalu memaksa. Mungkin inilah cara Tuhan tunjukkan bahwa Tuhan marah. Tapi aku merindukanmu wahai bidadari, amat merindumu.

Hei bidadari, bolehkah aku menemuimu? Aku yang telah merobek sayapmu dengan mata lidahku. Pantaskah aku menemuimu kembali? Aku hanya ingin bersua denganmu, melihat keadaanmu, melihat sayapmu dan merasakan hangat sinarmu. Aku takkan memintamu kembali, aku tak akan membuat Tuhan marah lagi. Aku hanya tak sanggup jika memaksakan bersama makhluk sempurna sepertimu. Akan perih bahkan lebih perih jika takdir tunjukkan kebenaran.

Hei bidadari, ceritakanlah padaku, bagaimana surga? Bagaimana teman-temanmu? Aku ingin mendengar kisahmu. Aku takkan mengacuhkanmu lagi. Aku akan mendengar setiap kata yang kau ucapkan. Mungkin berkali kali aku menyakitimu bidadari karena aku hanyalah manusia. Aku tak mampu menjaga makhluk sempurna sepertimu. Aku manusia dengan segala ego, manusia dengan segala omong kosong yang tentunya kau dengan mudah tahu apapun yang kulakukan. Tapi perlu kau tahu bidadari, mungkin kau perlu belajar tentang sesuatu yang dinamakan CINTA. Mengapa aku rela merobek hatiku sendiri demi sayap cacatmu? Kau hanya perlu pahami bagaimana manusia dan bukan hanya lihat kurangku. Kau tahu bidadari, kukira awalnya kau amatlah sempurna, tapi aku tahu Tuhan Maha Adil, kau masih memiliki kekurangan. Tuhan memang menciptakanmu dari cahaya tapi kau masih bisa terhalang mendung. Dan kau tahu bidadari, siapakah yang lebih sempurna? Dialah pencipta kita, sempurna dari segala kesempurnaan.

Hei bidadari, aku sangat mencintaimu hingga candu, aku tetap melihatmu sempurna, aku masih merasakan indahmu. Walau aku tak bisa bersamamu, tapi aku masih meninggalkan serpihan hatiku pada sayapmu. Kuharap saat aku bertemu lagi pada dimensi lain, serpihan benangku masih tersisa di sela sela sayapmu yang mungkin telah sempurna oleh sayap lain. Satu hal lagi bidadari, dalam setiap doaku, setiap lelapku, dan setiap waktuku ada namamu. Aku selalu berdoa agar kau tak terluka lagi, tak menangis lagi dan Tuhan mengampuni kita. Bukankah surga indah bidadari?
Aku telah berjanji pada Tuhan bidadari, kau akan menjadi malaikat terakhirku. Bantulah aku bidadari, bantu aku menjaga hati dan janjiku. Tolong bantulah aku, hingga Tuhan mengambil ruhNya dari ragaku. TETAPLAH HIDUP BIDADARI INDAHKU. :’) 
<<





"Berbahagialah dimanapun kamu, kesempurnaanmu membuatku merasa bahwa aku bukanlah apa apa."